Jakarta -
November 2019 seharusnya menjadi akhir tahun yang menyenangkan bagi para penggemar Imogen Heap di Eropa. Sebab musikus pelantun 'Goodnight and Go' itu seharusnya menggelar konser di sejumlah negara di Eropa dalam turnya.
Sayangnya, tur itu gagal terlaksana. Pada September 2019, peraih piala dalam ajang Grammy Awards 2010 itu mengumumkan batalnya tur Eropa yang seharusnya berlangsung kurang lebih dua bulan lagi dari waktu itu.
Dikutip dari keterangan yang diterima oleh The Guardian, batalnya penampilan Imogen Heap disebabkan oleh, "Ketidakpastian yang parah mengenai bepergian ke seluruh Uni Eropa setelah Brexit."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Imogen Heap mungkin tidak akan sendirian. Musik akan menjadi salah satu sektor yang terdampak dari keputusan politik yang dibuat Inggris untuk keluar dari Uni Eropa.
Brexit bermula dari referendum yang menghasilkan 52% orang memilih Inggris keluar dari Uni Eropa, angka yang dominan dibandingkan 48% pemilih yang menghendaki Inggris masih bersama Uni Eropa.
Masa transisi keluarnya Brexit dari Uni Eropa masih berlangsung, akan tetapi, ketidakjelasan itu berdampak bagi tur Eropa yang dijalani oleh musisi Inggris.
Berpisahnya Inggris dari Uni Eropa membuat mereka tidak lagi bisa mudah keluar-masuk negara-negara yang ada di Eropa seperti sebelumnya. Ada prosedur panjang dan biaya tidak sedikit yang harus dibebankan pada musisi.
Menurut Chief Executive dari UK Music, Michael Dugher pada The Guardian, yang paling terdampak dari Brexit di industri musik adalah musisi pemula, musisi independen atau musisi dengan penghasilan yang tidak terlalu berlimpah.
"Bintang besar yang menghasilkan jutaan (Poundsterlling) dan telah merencanakan tur mereka selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun sebelumnya mungkin menjadi pengecualian," buka Dugher.
"Akan tetapi kebanyakan artis beroprasi dengan margin kecil, birokrasi dan biaya tambahan akan menyulitkan mereka untuk menggelar tur, mengembangkan bakat dan membangun basis penggemar mereka," sambung Dugher.
Beberapa penyanyi dan musisi yang sangat terkenal dengan penghasilan berlimpah mungkin tidak akan banyak terdampak secara langsung secara biaya, akan tetapi, mereka tetap terkena dampak dalam hal birokrasi.
Tentunya tidak hanya musikus Inggris yang kesulitan mengadakan tur Eropa, namun musikus asal negara yang tergabung dalam Uni Eropa juga akan kesulitan mengunjungi Inggris.
Promotor konser sekaligus CEO UK Music Venue Trust, Mark Davyd, mengatakan hal tersebut kepada NME. "Brexit menciptakan hambatan untuk tampil di Eropa bagi musisi Inggris dan tampil di Inggris bagi musisi Eropa," ungkapnya.
Menurutnya, hanya musisi besar yang akhirnya masih dapat melakukan tur dengan mudah meski ada persyaratan dan biaya tambahan. "Hambatan itu hanya mampu dikelola oleh artis dengan tingkat keberhasilan tertentu," lanjutnya.
Serikat musisi di Inggris telah membuat petisi mengenai paspor khusus musisi di change.org. Sejauh ini, paspor musisi itu dianggap bisa menjadi jalan keluar dari kekhawatiran yang dihadapi industri musik Inggris saat ini.
Dalam petisi itu, Serikat Musik Inggris juga menuliskan persyaratan ideal bila permohonan untuk adanya paspor musisi itu benar-benar dikabulkan.
Mereka menuliskan setidaknya paspor harus berlaku minimal dua tahun dan bisa didapatkan dengan biaya terjangkau. Paspor itu juga harus mengizinkan musisi-musisi tersebut masuk ke semua negara anggota Uni Eropa.
Paspor tersebut juga harus mampu memangkas birokrasi dan berlaku bukan hanya untuk musisi, melainkan juga kru, teknisi, manajer, dan jenis pekerjaan lain yang membantu musisi untuk melakukan pekerjaannya.
The Guardian menuliskan, dengan adanya Brexit, bukan hanya industri musik yang akan terdampak, namun juga dunia olahraga.
Simak Video "Video: Kesuksesan Lagu-lagu di Film 'KPop Demon Hunters'"
[Gambas:Video 20detik]