Menurut Arian, salah satu produk merchandise paling laris bagi penggemar Seringai adalah kaus. Ia lalu menjabarkan, apabila rata-rata kaus band dijual seharga Rp 165 ribu, pendapatan yang diperoleh satu band bisa mencapai ratusan juta rupiah tiap tahunnya.
Arian merinci, untuk menjual produk merchandise pada satu toko, rata-rata ada biaya konsinyasi besar 25 persen, dipotong biaya produksi sebesar kisaran Rp 55 ribu hingga Rp 57 ribu.
Maka keuntungan bersih yang didapat musisi dari satu kaus adalah sekitar Rp 66 ribu. Bila dalam satu bulan sebuah band rata-rata menjual 500 kaus, maka dalam setahun penghasilan dari merchandise bisa mencapai kisaran Rp 350 juta hingga Rp 400 juta.
![]() |
Akan tetapi pendapatan itu tidak hanya dinikmati sendiri oleh musisi. "Tapi itu dibagi sama personel band, manajemen, dan kas," jelas Arian.
Rupanya merchandise tidak hanya terbatas pada penjualan kaus dan tas saja, akan tetapi ada juga produk lainnya yang terbilang unik dapat menjadi merchandise yang otentik bagi musisi.
Misalnya Deadsquad pernah mengeluarkan helm untuk penggemarnya. "Fans-nya deadsquad sendiri kebanyakan naik motor," kata Daniel.
Sedangkan menurut Dochi Sadega, merchandise Peewee Gaskins yang paling laris justru berupa pot untuk rokok elektronik (vape).
"Di Peewee bukan kaos tapi pot buat vape. (Diproduksi) 30.000 kurang dari setahun," buka Dochi.
Meski demikian, rupanya tidak semua lebih menyukai mengoleksi merchandise ketimbang rilisan fisik. Daniel mengungkapkan, ketika Deadsquad tur Eropa, justru CD mereka lebih cepat laris ketimbang merchandise.
"Pas tur eropa lebih lakuan CD daripada kaos. Kalo tur asia malah kebalik," tutur Daniel.
Pengalaman serupa juga dialami Seringai saat manggung di Jepang. "Pas di Jepang, kirain kayaknya bakal laku (merchandise). Akhirnya kami bawa, tapi ternyata mereka lebih suka CD," ungkap Arian.
Simak Video "Kembali ke WAMI, Ahmad Dhani Ajukan Performing Rights atas Musiknya"
[Gambas:Video 20detik]
(srs/tia)