Mendulang Cuan Lewat Merchandise

Mendulang Cuan Lewat Merchandise

Dyah Paramita Saraswati - detikHot
Sabtu, 08 Feb 2020 19:42 WIB
Mendulang Cuan Lewat Merchandise
Foto: Dyah Paramita Saraswati/ detikhot
Jakarta -

Bukan hal baru apabila digitalisasi mengubah gaya hidup kita semua, termasuk cara kita mendengarkan musik. Kita tidak lagi mengoleksi rilisan fisik dan kita lebih suka untuk membeli akses mendengarkan musik ketimbang membeli produk musik tersebut.

Pendapatan terbesar musisi yang awalnya berasal dari penjualan rilisan fisik kini beralih ke panggung. Meski demikian, selain manggung, rupanya ada ladang pundi-pundi lainnya yang dapat digali para musisi.

Pundi-pundi tersebut berasal dari penjualan merchandise. Meski tidak lagi mengoleksi rilisan fisik, rupanya pecinta musik masih senang mengoleksi merchandise.

Menurut Dochi Sadega dari Peewee Gaskins, yang membedakan merchandise dari barang koleksi musik lainnya adalah karena merchandise bisa dikenakan dan memperlihatkan jati diri si pengguna.

"Kalau dari pengalaman gue sendiri merch itu kan sesuatu yang bisa dipakai dan orang jadi notice apa yang lo dengerin, apa yang lo suka itu masuk ke identitas diri lo," ujarnya dalam sebuah diskusi di M Bloc Space, Jakarta Selatan.



Rupanya penjualan merchandise bisa menjadi pendapatan yang lumayan dari sebuah band. Hal tersebut diakui oleh Arian13 dari Seringai.

"Membantu banget sih, kami (Seringai) rekaman, bikin video klip dan lain-lain itu bisa jadi 50 persen dari merch," sebut Arian.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Daniel Mardhany dari Deadsquad. "Sebesar profit merch itu bisa menolong Deadsquad dua kali tur Eropa, selain (dana) dari sponsor ya," ungkapnya.



Menurut Arian, salah satu produk merchandise paling laris bagi penggemar Seringai adalah kaus. Ia lalu menjabarkan, apabila rata-rata kaus band dijual seharga Rp 165 ribu, pendapatan yang diperoleh satu band bisa mencapai ratusan juta rupiah tiap tahunnya.

Arian merinci, untuk menjual produk merchandise pada satu toko, rata-rata ada biaya konsinyasi besar 25 persen, dipotong biaya produksi sebesar kisaran Rp 55 ribu hingga Rp 57 ribu.

Maka keuntungan bersih yang didapat musisi dari satu kaus adalah sekitar Rp 66 ribu. Bila dalam satu bulan sebuah band rata-rata menjual 500 kaus, maka dalam setahun penghasilan dari merchandise bisa mencapai kisaran Rp 350 juta hingga Rp 400 juta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mendulang Cuan Lewat MerchandiseFoto: Dyah Paramita Saraswati/ detikhot



Akan tetapi pendapatan itu tidak hanya dinikmati sendiri oleh musisi. "Tapi itu dibagi sama personel band, manajemen, dan kas," jelas Arian.



Rupanya merchandise tidak hanya terbatas pada penjualan kaus dan tas saja, akan tetapi ada juga produk lainnya yang terbilang unik dapat menjadi merchandise yang otentik bagi musisi.

Misalnya Deadsquad pernah mengeluarkan helm untuk penggemarnya. "Fans-nya deadsquad sendiri kebanyakan naik motor," kata Daniel.

Sedangkan menurut Dochi Sadega, merchandise Peewee Gaskins yang paling laris justru berupa pot untuk rokok elektronik (vape).

"Di Peewee bukan kaos tapi pot buat vape. (Diproduksi) 30.000 kurang dari setahun," buka Dochi.

Meski demikian, rupanya tidak semua lebih menyukai mengoleksi merchandise ketimbang rilisan fisik. Daniel mengungkapkan, ketika Deadsquad tur Eropa, justru CD mereka lebih cepat laris ketimbang merchandise.

"Pas tur eropa lebih lakuan CD daripada kaos. Kalo tur asia malah kebalik," tutur Daniel.

Pengalaman serupa juga dialami Seringai saat manggung di Jepang. "Pas di Jepang, kirain kayaknya bakal laku (merchandise). Akhirnya kami bawa, tapi ternyata mereka lebih suka CD," ungkap Arian.




(srs/tia)

Hide Ads