Mengawang Bersama Tame Impala ke Dimensi Lain

Mengawang Bersama Tame Impala ke Dimensi Lain

Komario Bahar - detikHot
Jumat, 29 Apr 2016 22:52 WIB
Foto: Rio/detikHOT
Jakarta -

Pernah mampir ke Jakarta pada 2011 silam agaknya membuat para fans 'baru' Tame Impala agak menyesal karena tak menyaksikan aksi Kevin Parker Cs saat itu. Tapi semuanya terbayar lunas setelah akhirnya lima tahun kemudian band asal Perth, Australia Barat itu mampir lagi ke Jakarta --tentu dengan level yang berbeda--.

Band 'rumahan' bergenre psychedelic rock/neo-psychedelia yang konsisten di jalur indie ini pun tampil membius di Parkir Selatan Senayan, Jakarta pada Jumat (29/4) malam ini dalam tajuk 'Tame Impala Live In Jakarta' yang digelar promotor kiosPLAY.

Dan benar saja, Kevin Parker, Dominic Simper, Jay Watson, Cam Avery, dan Julien Barbagallo tampil dengan jauh lebih megah dibading perfomance di Bengkel, SCBD lima tahun lalu.  Meski dengan panggung cukup sederhana untuk band kelas nominasi Grammy Awards ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"How are you, feeling good?," sapa Kevin Parker yang menggunakan gear andalannya, gitar Rickenbacker hitam.

Di awal penampilan mereka, grup psikadelik --akar genre Tame Impala--- melakukan scoring menjerumus. Foreplay-nya itu memang berhasil membuat berjingkrak jamaah.



Mereka memulai dengan 'Let it Happen' sebagai appetizer. Dan makanan pembuka itu benar-benar dimakan oleh para ribuan penonton yang memadati Parkir Selatan Senayan.

Dari awal lagu, penonton yang kebanyakan anak muda bernyanyi bersama Parker dengan suara khasnya. Vokalis yang biasanya nyeker saat perform itu pun menginjak-injak deretan efeknya.

Parker pun setia pula dengan gaya nyekernya di Jakarta kali ini. Mungkin lantaran menginjak banyaknya efek dengan telanjang kaki dirasa vokalis gondrong berewok tersebut lebih nyaman dan enak.

Tapi sudahlah, malam ini jelas Tame Impala membawa kita mengawang-awang ke dimensi lain. Permainan grafis layar dengan warna-warni seperti biasanya menambah kesan 'awang-awang' tersebut.

Parker sempat menyapa lagi di tengah lagu, ia kemudian mengganti Rickenbacker-nya dengan Fender Jazzmaster untuk mengubah efek lagu makin dalam. Kebiasaan ini ia sering lakukan saat melantunkan track di album terbaru mereka tersebut.

Menyambung dengan lantunan 'Mind Mischief'. Cavey Avery, sang bassist --personel terbaru menggantikan Nick Allbrook-- sukses membawa ritme dengan sound yang menggema via Fender Jazz Bass putih-hitam.

Dentuman drum Barbagallo dan lead gitar dari Simper yang lebih akrab dengan synthesizer-nya di awal makin membuat penampilan grup ini sempurna.  Jangan lupa Jay Watson melengkapi dengan iringan nada yang keluar dari keyboard dan Synthtesizer-nya. 

Lima pemuda ini bermain dengan prima. Tak sadar dengan single-single anyar band yang konsisten di jalur indie ini sudah masuk level dosis total dalam membius ribuan penonton.

Mereka lalu kembali menambah dosis dengan lagu 'It Is Not Meant to Be'. Single dari album perdana 'Innerspeaker' itu semakin membuat fans akrab dan mengingat kembali kapan mereka jatuh cinta pertamakali dengan band Australia ini.

Musik yang begitu kosmopolitan memang menjadi senjata utama band langganan masuk nominasi Grammy sejak album kedua 'Lonerism' sampai album yang terbaru 'Currents' dalam kategori Best Alternative Music Album ini.

"Aku jadi ingat ke Jakarta beberapa waktu lalu, sangat menyenangkan bisa kembali," tambah Parker yang malam itu santai mengenakan kaus garis putih biru.

Menu utama mulai masuk dengan 'The Moment'. Psikadelik milik Tame Impala tak cuma sekadar bising-bising samar yang melenakan telinga.

Membuai di awal, Tame Impala menambah eskalasi musik mereka dengan hits lebih menghentak dengan 'main course' bertajuk 'Elephant. Tampak sedikit kegerahan, Parker sempat menyiram kepalanya dengan seluruh air mineral di tengah lagu.

Usai itu, nada-nada semi-disko dan soft rock dengan hits 'Yes I'm Changing'. "Mulai ngeblur!," teriak grup penonton dari sudut kanan panggung. Single ini memang mendayu dan diamini oleh Parker. "Santai dulu dengan lagu ini," katanya.

Grup yang terbentuk 2007 silam dan mengawali karier mereka dengan melahirkan EP bertitel 'Antares Mira Sun' pada 2008 nge-gas lagi dengan suguhan yang bikin larut dan pecah,'The Less I Know The Better'.

Referensi Tame Impala yang menganut musik era 60-an, 70-an hingga 80-an makin terasa dalam hits tersebut. 'The Less I Know The Better' kental dengan nuansa disko lawas berkemas musik kekinian.

Tanpa ampun,mereka menyenandungkan 'Eventually'. Hits lawas menghajar lagi. Tak pakai lama-lama 'Alter Ego' langsung bergema.

Band yang terinspirasi The Doors, Pink Floyd sekaligus Bee Gees ini menu utama dengan 'Oscilly'. Tame Impala juga sempat memuji band Barasuara sebagai band pembuka mereka. "Barasuara, Mereka mengagumkan," puji Parker.

Dan 'Apocalypse Dreams' lantas membahana. "Terimakasih Jakarta!" ucap sang pentolan lagi dalam Bahasa Indonesia. "Kami mencintai kalian," tambah Parker seolah mau menutup pesta.

Dan track terpopuler mereka versi YouTube, 'Feels Like We Only Go Backwards' dinyanyikan. Praktis tembang ini membuat ekspetasi ribuan penonton menyentuh klimaks.

Track jagoan Tame Impala yang bikin Alex Turner dari Arctic Monkeys turut meng-cover dibawakan kumpulan pemuda kurus-kurus tersebut.

Tame Impala masih memberikan kejutan lagi bagi para fansnya di Indonesia. "Ini benar-benar lagu terakhir," ujar pentolan band yang terpengaruh besar dengan band legendaris macam Pink Floyd, Bee Gees dan The Doors tersebut.

Dan 'New Person, Same Old Mistakes' pun menutup sempurna 'Tame Impala Live In Jakarta'.

(kmb/fk)

Hide Ads