"Love pick me up / I'm down on my knees / My treasure just rags / Wings that don't fly / I ain't praying, I'm choking / I'll fix what's been broken / Got nothing to hide / No time for goodbye / Nobody grieves / A teardrop to the sea," nyanyi Jon sang vokalis dengan suara merdunya yang khas. Dentuman bass drum dan kibasan cymbal mengiri bait demi baitnya.
Sedetik setelah lagu itu selesai, terdengar bunyi mengejutkan yang lebih berisik. Sumbernya dari lagu berjudul 'We Don't Run' yang jelas mengadopsi aransemen andalan karena terdengar familiar. Begitu juga dengan lagu selanjutnya, 'Saturday Night Gave Me Sunday Morning'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini untuk pertama kalinya dalam 32 tahun, band legendaris dari New Jersey, Amerika Serikat itu merilis album tanpa gitaris Richie Sambora. Mungkin itu satu alasan yang cukup, mengapa lirik-lirik di dalamnya penuh kemarahan, kekecewaan serta pengharapan akan lembar baru kehidupan. Tapi, sebetulnya ada alasan lain yang tak kalah emosional, yakni berakhirnya kontrak Bon Jovi dengan satu-satunya label mereka, Mercury Records.
Secara musikalitas, kadar rock Bon Jovi memang berubah (jika tidak mau dibilang berkurang). Tentu saja sedikit-banyak karena absennya Sambora yang digantikan Phil X. Namun, untuk lagu-lagu akustik balada, Jon Bon Jovi sebagai vokalis masih tetap punya kuasa. Dengarkan lagu ke-5 'Blind Love' yang hanya dihiasi piano.
Ada dua lagu yang sepertinya hasil eksplorasi terbaru mereka, yaitu 'Who Whould You Die For' dan 'Fingerprints'. Musiknya tidak pernah terdengar keluar sebelumnya dari karya lain mereka. Walaupun sebetulnya, mulai dari lagu ke-7 hingga ke-10, album bersampul cokelat yang sederhana itu semakin melembut musiknya, tapi kasar liriknya.
Seperti lagu penutup di sini yang berjudul sama dengan albumnya, memberikan lirik penuh amarah dalam balutan musik country riang. Bahkan hanya akustik tapi tetap anthemic.
"Sayonara Adios, auf wiedersehen, farewell / Adieu, good night, guten abend / Here's one last song you can sell / Lets call it burning bridges / It's a sing along as well / Hope my money and my masters / Buy a front row seat in hell," nyanyi Jon dengan vokal nyeleneh.
Jelas, 'Burning Bridges' memilik pembuka dan penutup yang tegas menggambarkan seperti apa Bon Jovi saat ini. Tak heran, dalam berbagai kesempatan wawancara, Jon mengatakan bahwa makna di balik nama albumnya adalah akhir dari kehidupan mereka saat ini.
"Album 'Burning Bridges' adalah akhir dari lingkar kehidupan kami, bukan berisi sesuatu yang baru," ujar Jon.
(mif/mmu)