Mengenang Slamet Abdul Sjukur, Sang Kamus Berjalan

Mengenang Slamet Abdul Sjukur, Sang Kamus Berjalan

- detikHot
Selasa, 24 Mar 2015 13:11 WIB
Jenazah Slamet Abdul Sjukur di rumah duka (Imam Wahyudiyanta/detikHOT)
Surabaya -

Dunia musik Indonesia berduka. Komponis sekaligus salah seorang pionir musik kontemporer Slamet Abdul Sjukur tutup usia. Pria kelahiran Surabaya itu wafat pada usia 80 tahun.

Sebelum menghabiskan napasnya, Slamet sempat dirawat di Rumah Sakit Graha Amerta selama 16 hari. Jenazah Slamet disemayamkan di rumah adiknya, Elisawati, di Jalan Pirngadi 3.

"Bapak masuk rumah sakit pada 9 Maret 2015 lalu," ujar anak angkat Slamet, Marti, kepada wartawan di rumah duka, Selasa (24/3/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Marti mengatakan, ayahnya masuk rumah sakit karena jatuh di depan kamar mandi di rumahnya di Jalan Keputran. Jatuhnya Marti membuat tulang kaki kanannya retak sehingga ia tak bisa berjalan. Keluarganya lalu membawanya ke RS Graha Amerta.

"Seharusnya hari ini bapak menjalani operasi pemasangan pen di kakinya," lanjut Marti.

Sejumlah karangan bunga, salah satunya dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, terpajang di rumah duka. Murid-murid Slamet pun berdatangan untuk melihat terakhir kalinya gurunya yang sudah memberinya ilmu musik.

"Bapak itu orangnya oke, wawasannya luas. bapak itu seperti kamus berjalan saja," ujar Jeanne Christie Pramoedya, salah satu muridnya.

Baca Juga: Sudah Sampai di Jakarta, Jalan-jalan ke Mana One Direction?

Menurut Jeanne yang aktif menunggui Slamet selama di rumah sakit, Slamet adalah orang yang tidak neko-neko, rendah hati, dan tidak suka merepotkan orang lain. Dalam segala keterbatasannya, Slamet selalu menyempatkan dan mengusahakan menolong orang lain,

"Pak Slamet tidak pernah menggunakan alasan duit untuk mengajar musik. Dan dalam mengajar, Pak Slamet selalu mengerti batasan seorang murid itu sampai di mana," lanjut Jeanne yang aktif menggalang dana untuk pengobatan Slamet.

Jeanne menambahkan, hari Jumat (20/3/2015), Slamet masih terlihat segar, masih mengenali setiap orang, dan bisa diajak ngobrol. Tetapi setelah itu Slamet terlihat lemas karena hemoglobin dan albuminnya turun hingga Slamet meninggal.

Menurut Jeanne, penampilan Slamet terakhir kali adalah pada saat ia tampil dalam konser pribadi Sluman Slumun Slamet tahun lalu. Konser tersebut digelar di tiga kota besar yakni Jakarta, Surabaya, dan Jogyakarta.

"Pak Slamet berpesan agar dimakamkan di Boyolali. Tetapi keluarganya ingin dimakamkan di Surabaya saja. Tetapi itu terserah keluarga karena belum seluruh keluarganya datang ke sini," tandas Jeanne.

Baca Juga: One Direction, Anomali Sebuah Ajang Pencarian Bakat


(iwd/ich)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads