Legenda Sheila Majid

Legenda Sheila Majid

- detikHot
Rabu, 16 Feb 2011 01:48 WIB
Jakarta - Sheila Majid (46) menutup konsernya dengan agung dan penuh kontemplasi lewat lagu 'Legenda'. Mendadak bermunculan wajah-wajah di layar besar yang menjadi background panggung. Dari Rendra, Benjamin S, Chairil Anwar, Chrisye hingga Elfa Secoria. Sheila sendiri, setelah 25 tahun bermusik, dengan perjalanan yang unik di dua negara, Indonesia dan negaranya sendiri, Malaysia barangkali juga telah menjadi legenda.

Konser di Plenary Hall, Jakarta Covention Center, Selasa (15/2/2011) malam itu bertajuk ‘Sheila Majid 25 Years’. Bukan konser yang pertama di Jakarta sejak Sheila merilis album pertama ‘Dimensi’ (1985), namun jelas ini konser pertama sejak terakhir mengeluarkan album pada 2004. Konser kangen-kangenan? Boleh jadi. Yang jelas, Sheila mempersembahkan sebuah pertunjukan yang menawan sebagai seorang entertainer sejati.

Sepanjang konser ia aktif berkomunikasi dengan penonton, dengan kepekaan humor yang bagus, yang menghidupkan suasana menjadi intim, tanpa kehilangan kemegahannya sebagai konser seorang penyanyi pop yang telah melahirkan banyak lagu hit. Tata cahaya yang keren, dan sound yang bersih membuat konser itu semakin memikat, yang dipadu dengan pancaran kebersahajaan Sheila yang rendah hati, dengan berkali-kali mengungkapkan kekaguman dan penghargaannya pada musisi-musisi Indonesia yang telah menginspirasinya, dan (ikut) membesarkannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Muncul pertama kali dari lorong di bawah panggung dengan gaun merah jambu dan rambut tergerai, Sheila selama 2 jam lebih membawakan konsernya dengan riang dan lembut. Nyaris tak ada nada tinggi, dan tak ada pameran teknik teriakan melengking panjang. Ia mengawali dengan lagu-lagu yang langsung terdengar akrab seperti 'Memori’, 'Hadirmu’ dan 'Emosi'.

Lagu-lagu tertentu diaransemen khusus dengan mewah, seperti salah satu hit-nya yang bercorak melayu, 'Engkau Laksana Bulan'. Pada lagu ini, Sheila menghadirkan pemain kendang dan seruling sunda. Sedangkan lagu 'Dengarkanlah' ia bawakan dengan akustik. Sebagai penghormatan untuk Vina Panduwinata yang merupakan idolanya, Sheila membawakan lagu 'Dia'. Pada bagian tengah lagu, ia turun, menghampiri sang idola yang duduk di kursi penonton bagian depan, dan menariknya ke atas panggung.

Hubungan Sheila dengan Indonesia memang unik. Tidak seperti penyanyi-penyanyi dan band-band Malaysia umumnya yang “hanya” terkenal di Indonesia, Sheila seolah telah menjadi milik Indonesia. Setelah album ‘Emosi’ (1986), Sheila bekerja sama dengan banyak musisi di Tanah Air, salah satunya Indra Lesmana, dan melahirkan album fenomenal ‘Warna’ (1988). 

Satu lagi musisi Indonesia yang mendapat penghormatan dari Sheila adalah Oddie Agam. Oddie bahkan sampai dua kali disebut, yakni ketika Sheila hendak menyanyikan 'Aku Cinta Padamu', dan ketika membawakan 'Antara Anyer dan Jakarta'. Pada lagu yang disebut terakhir itu, Sheila lagi-lagi turun dari panggung, menuju tempat duduk Oddie, dan mengajaknya berduet satu-dua baris lirik.

Penonton ikut menyanyi hampir pada setiap lagu yang dibawakan oleh Sheila, namun terutama pada lagu 'Cinta Jangan Kau Pergi', 'Warna' dan 'Manusia' terdengar koor dari segala sudut. Lagu 'Manusia' ternyata merupakan lagu penutup, sebelum kemudian Sheila pamit dan menghilang ke bawah panggung lewat pintu lorong yang sama dengan ketika ia muncul. Namun, penonton masih belum beranjak.

Setelah panggung gelap sejenak, dan penonton terus memanggil-manggil nama Sheila, sang legenda pun muncul lagi, dan menghipnotis penonton dengan 'Legenda'. Layaknya doa penutup sebuah acara, suasana pun jadi khidmat. Usai lagu itu, Sheila berteriak, "Masih mau? Mau lagu apalagi?" Dan, seperti dikomando, penonton kompak menjawab. "Sinaran!" Sempurna sudah, konser malam itu ditutup dengan lagu yang membuat semua orang berdiri, bergoyang, dan menyanyi. (mmu/mmu)

Hide Ads