'Asylum': Jiwa-jiwa yang Sakit

'Asylum': Jiwa-jiwa yang Sakit

- detikHot
Senin, 06 Sep 2010 10:23 WIB
Jakarta - Film ini wajib ditonton oleh para anggota Kelompencabir (kelompok pencela dan pencibir) film-film horor Indonesia. Memang, tidak perlu dipungkiri banyak produksi film horor kita yang buruk dan asal-asalan. Namun, kita juga harus "fair" bahwa tidak sedikit juga film horor karya sutradara kita yang bagus. Lebih-lebih, sehabis nonton 'Asylum', boleh jadi Anda akan berpikir bahwa film horor kita secara rata-rata tidaklah buruk-buruk amat. Sebab bila dibandingkan, 'Asylum' bukanlah film yang lebih bagus dari film horor kita.

"Asylum" adalah karya sutradara David R Ellis yang sebelumnya antara lain kita kenal lewat "Final Destination 2" (2003) dan "Snake on a Plane" (2006). Kali ini, Ellis meramu horor remaja ala "The Nighmare on Elm Street" yang mengolah plotnya lewat unsur-unsur trauma masa lalu, halusinasi dan problem-problem kejiwaan yang melahirkan perasaan terasing dan kesepian. 

Film dibuka dari kenangan buruk sepasang kakak-beradik yang menyaksikan ayahnya bunuh diri karena tersiksa oleh kegilaan. Lalu gambar di layar melompat pada masa ketika salah satu dari dua anak kecil itu, yakni si adik yang bernama Madison (Sarah Roemer) menjalani hari pertamanya di sebuah kampus-asrama. Di taman, dia bertemu seorang lelaki tua yang aneh, dan setelah itu keanehan lain menyusul: ketika berada di kamarnya, Madison mencoba memakai sebuah kalung dan benda itu mendadak berubah menjadi kawat berduri yang mencekik lehernya hingga berdarah-darah. 

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada masa orientasi, Madison berkenalan dengan teman-teman lainnya dan terbentuknya satu kelompok yang berniat menyelidiki keanehan-keanehan yang konon memang sudah ada sejak lama di kampus itu. String (Cody Kasch), yang termuda di antara mereka dan ahli komputer, berhasil membobol sistem pengamanan kampus dan menemukan jalan untuk masuk ke sebuah bagian bangunan yang terlarang. Dulu, bangunan itu adalah rumah sakit jiwa yang dipimpin oleh seorang dokter yang kejam. Dokter itu menyiksa pasien-pasiennya hingga pada suatu titik terjadilah serangan balik: para pasien memberontak dan mengeksekusi sang dokter. 

Konon, sejak itu, arwah sang dokter terus bergentayangan di sekitar kampus dan asrama untuk membunuhi para remaja.  Selanjutnya, alur cukup gampang ditebak. Tak ada kejutan yang berarti atau pun sesuatu yang membuat kita menjerit ketakutan. Dari awal alur berjalan lambat, dan perlahan-lahan menyingkap lapisan-lapisan misterinya. Namun, setelah hantu dokter itu muncul, kita tinggal menunggu siapa di antara sekelompok remaja itu yang akan tewas lebih dulu, dan setelah itu siapa lagi. 

Yang barangkali cukup menarik adalah bagaimana dokter-hantu itu mengeksekusi korban-korbannya dengan terlebih dulu memasuki memori masa lalu mereka yang dihantui oleh kekecewaan. Tapi, ini seperti guru yang mengabsen satu per satu muridnya untuk menceritakan trauma masa lalunya. Dengan bangunan cerita seperti itu, film ini jadi terasa datar.

Ditambah lagi, akting pemain-pemainnya yang sama sekali tidak mengesankan, membuat sekelompok anak muda itu jadi kelihatan bodoh dan kita pun tidak pernah paham, apa sebenarnya problem si tokoh utama, Miranda. Merasa dirinya sakit jiwa karena faktor keturunan dari ayahnya?

Sebagai sebuah horor-thriller yang penuh adegan kekerasan sadis yang kadang di-syut dengan vulgar, film ini berhasil dari segi sinematografi, yang mampu menciptakan "ambiance" menyeramkan. Gambar-gambar gelap, rekaman yang detail pada sudut-sudut bangunan tua nan angker berikut lorong-lorongnya yang gelap, membuat kita selalu ingin berjaga-jaga dan penasaran pada misteri besarnya. Namun, semua itu kemudian tidak didukung dengan "twist" yang menarik dan diakhiri tanpa emosi. diputar di
(iy/iy)

Hide Ads