Tak ada aktor yang tak tergantikan. Setidaknya, itu berlaku dalam produksi film 'Furious 7' yang ditinggal salah satu pemain utamanya Paul Walker karena kecelakaan pada November 2013. Teknologi pun menjadi jawaban untuk kembali menghadirkan sosok Paul lewat rekayasa digital.
Kematian Paul Walker tak hanya menyisakan duka mendalam bagi pemain lain dan seluruh tim yang terlibat. Saat itu, sutradara James Wan baru menyelesaikan setengah proses produksi film unggulan Universal Pictures tersebut.
Β
Di luar fakta bahwa Universal menggaet saudara lelaki Paul, Cody dan Caleb, untuk menjadi stunt karakter Brian O'Conner, Universal menolak untuk membahas dengan detail teknik yang mereka gunakan.
Ada tiga orang yang dilibatkan dalam produksi untuk membawa kembali sosok Paul ke layar lebar. Untuk bagian tubuh dan sikap, digunakan adik Paul yang bernama Caleb, sementara saudara kandung lainnya Cody dilibatkan untuk menghadirkan sorot mata Paul. Satu orang lainnya adalah aktor yang namanya tak disebutkan. Dia bertugas di bagian akting.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Lewat Donasi, Penggemar Bikin Film Live Action 'Dragon Ball Z'
Biaya produksi 'Fast and Furious 7' membengkak secara signifikan. Film tersebut awalnya membuat anggaran hingga US$ 200 juta atau saat itu sekitar Rp 2,3 triliun, namun kini diprediksi membengkak US$ 50 juta hingga menyentuh total Rp 2,9 triliun.
Bujet produksi yang melambung itu dikarenakan mundurnya jadwal 'Fast and Furious 7' karena kematian tragis Paul. Meskipun secara cerita tak berpengaruh drastis, para produser butuh bekerja lebih keras karena ingin tetap 'menghadirkan' Paul.
Selama bertahun-tahun, filmmaker telah mengembangkan teknik untuk 'mengakali' ketidakhadiran aktor. Robin Shenfield--bos perusahaan post-production The Mill, yang turut mengantarkan 'Gladiator' (2000) memenangkan Oscar--menjelaskan bagaimana proses produksi sempat terhambat karena Oliver Reed terkena serangan jantung saat syuting.
Adegan sebelumnya yang direkam tak sempurna, kemudian digunakan lagi untuk membuat 'topeng digital' yang dimasukkan dalam adegan menggunakan pemeran pengganti. "Dia juga memiliki dialog, jadi kami mengganti pergerakan mulutnya," kata Robin seperti dilansir The Hollywood Reporter, Kamis (26/3).
Produser serial HBO 'The Sopranos' juga menghadapi isu serupa ketika Nancy Marchand yang memerankan ibunda Tony Soprano meninggal dunia. "Pada dasarnya itu komposisi 2D," kata Rick Wagonheim yang menjadi eksekutif produser untuk spesial efek. "Masalahnya beberapa sudut kamera tidak benar-benar cocok dengan apa yang mereka bisa lakukan."
Baca Juga: 'Negeri van Oranje', Perjuangan Meraih Mimpi dan Cita-cita 5 Anak Muda
Saat ini bukan mustahil untuk menghadirkan seorang aktor dengan komposisi digital secara keseluruhan. The Mill, contohnya, menyelesaikan iklan Jhonny Walker berdurasi 90 detik dengan menampilkan CG Bruce Lee untuk agensi BBH di Tiongkok.
"Kami menciptakan keseluruhan bagian wajah dengan CG dan animasi manual, menggunakan gambar sang aktor sebagai referensi," kata Shenfield. Dia percaya bahwa aktor digital merupakan pilihan, selama mereka bisa menciptakan wajah aktor yang diduplikasi dengan meyakinkan."Bagian mata membutuhkan pekerjaan yang besar," katanya.
"Menjaga gerakan kontinyu dalam otot dan mata adalah kunci untuk membuatnya terlihat nyata," tambah Robin meyakinkan.
Beberapa film bahkan membuat scan 3D para aktornya sebelum produksi dimulai, jadi mereka bisa membuat duplikat sang aktor untuk melakukan adegan rumit. Belum diketahui apakah hal itu sudah dilakukan dalam film 'Furious 7', tetapi 'Captain America: The Winter Soldier' telah melakukannya.
"Dengan cara itu, 20 tahun dari sekarang, filmmaker bisa mendapatkan akses tampilan sama dari seorang aktor, meskipun dia masih hidup atau sudah meninggal," VFX supervisor Scott Squires.
(ich/ron)