Film Wong Kar-wai Jadi Potret Budaya dan Pariwisata Hong Kong

Film Wong Kar-wai Jadi Potret Budaya dan Pariwisata Hong Kong

Asep Syaifullah - detikHot
Minggu, 20 Agu 2023 20:30 WIB
Film sutradara Wong Kar-Wai
Foto: Dok. Ist
Jakarta -

Film erat kaitannya dengan budaya dan pariwisata suatu daerah, mungkin banyak contoh yang ada seperti betapa efek The Beach membuat pulau Koh Phi Phi di Thailand jadi destinasi wisata yang ramai hingga saat ini.

Hal serupa juga terjadi pada film Wong Kar-wai bertajuk Chungking Express yang dirilis pada 1994. Film itu dinilai menangkap dengan sempurna bagaimana suasana Hong Kong di era 90-an dan menjadi salah satu potret budaya di sana pada masa tersebut.

Padahal saat pertama dirilis, perhatian publik justru jatuh pada si aktris Faye Wong yang dijuluki Ratu Cantopop. Mereka dibuat jatuh hati dengan penampilannya di film tersebut bersama Tony Leung dan Takeshi Kaneshiro.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun seiring berjalannya waktu ada hal lain yang didapatkan para penonton dari film tersebut yakni nostalgia. Wong Kar-wai dengan cermat berhasil menangkap fenomena sosial dan budaya di zaman itu, hal ini tak lepas dari kejelian serta kedekataan personal pada karya tersebut.

"Ini adalah area yang ku kenal sejak kecil. Aku syuting di lokasi di mana aku tumbuh besar di sana," ujarnya dalam wawancara bersama Filmmaker Magazine.

ADVERTISEMENT

"Bagiku Chungking Express adalah (kehidupan) malam dan pagi nya Hong Kong. Beberapa orang menyebutkan jika film ini tentang karakter ini dan itu, tidak! Film ini tentang Hong Kong dan (menjadi) surat cintaku untuk Hong Kong," tambahnya.

Ucapan tersebut memang terbukti melihat dari pengambilan gambar dalam lokasi yang seolah menjadi karakter tersendiri di dalam filmnya.

Salah satu contohnya adalah Chungking Mansion, tempat di mana Takeshi Kaneshiro dan Brigitte Lin Ching-hsia mabuk-mabukan dan menghasilkan salah satu adegan ikonik hingga saat ini.

Lalu ada sebuah toko makanan di Lan Kwai Fong, di mana merupakan lokasi adegan pahit Faye Wong dan Tony Leung yang gagal mewujudkan cintanya.

Lokasi lainnya yang cukup ikonik adalah apartemen sang sinematografer, Christopher Doyle.

Wong ternyata sudah terpesona oleh Chungking Mansions sejak dia masih kecil, dan menyadari bahwa tidak ada seorang pun yang membuat film di dalamnya. Bangunan itu dianggap sangat bahaya dan rawan kebakaran karena jalan keluar yang terhalang dan jaringan kabel yang buruk, sehingga izin tidak diberikan untuk syuting di sana.

Ia pun membuat film tanpa izin dan mengirim asisten sutradaranya untuk tinggal di dalam gedung sebelum pengambilan gambar, untuk menyusun rencana keluar jika timbul masalah. Beberapa penghuni asli Chungking Mansions pun menjadi pemain dalam film tersebut.

Kritikus Variety, Derek Elley pun menyebutkan kekagumannya dengan Wong Kar-wai yang sangat jenius. Proses film tersebut berlangsung begitu cepat dan awalnya hanya untuk proyek senang-senang saja.

"Chungking Express adalah proyek kebut, ditulis dan digarap selama enam minggu selama jeda syuting Ashes of Time," tuturnya.

Ia pun mengingat jelas jika film itu merupakan sarana melepas stress sang sutradara kala menggarap film box office pertamanya itu. Bahkan ia turut mengajak Brigitte (yang juga tampil di Ashes of Time) untuk proyek senang-senangnya itu.

Chungking Express pun berhasil menjadi salah satu film terbaiknya hingga saat ini dan juga membawa pulang piala Best Director dan Best Actor (untuk Tony Leung) di Hong Kong Film Festival 1995.




(ass/tia)

Hide Ads