Film Mass, karya perdana sineas Fran Kranz, menjadi sebuah suguhan yang menarik untuk disaksikan. Film drama yang dibintangi oleh Reed Birney, Ann Dowd, Jason Isaacs dan Martha Plimpton menjadi sebuah tontonan yang menguras emosi.
Anda dapat merasakan betapa kuatnya emosi yang ditunjukkan oleh para bintang di sana dalam sebuah percakapan intim mengenai anak-anak mereka.
Dimulai dengan menghadirkan kecanggungan dua pengurus gereja yakni Judy (Breeda Wool) dan Anthony (Kagen Albright) saat menyambut kedatangan Kendra (Michelle N. Carter).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua pasang orang tua masuk ke ruang itu. Orang tersebut adalah ayah dan ibu Hayden, Richard (Reed Birney) dan Linda (Ann Dowd) menemui orangtua Evan, yakni Jai (Jason Isaacs) dan Gail (Martha Plimpton).
Pertemuan ini terasa berat, disebabkan oleh kejadian enam tahun silam. Tragedi penembakan di sekolah Evan. Hati Jai dan Gail hancur saat mendapatkan kenyataan Evan menjadi salah satu korban. Evan bukan satu-satunya korban tewas dalam aksi biadab ini. Ada 10 anak lain yang meninggal. Dalang penembakan adalah Hayden. Sementara itu, Hayden disebut bunuh diri.
Linda mencoba melebur kecanggungan dengan menyerahkan karangan bunga untuk Gail. Menit-menit setelahnya berlangsung dramatis dan diwarnai linang air mata.
Bagi para penyuka film aksi atau pun fiksi ilmiah mungkin akan jenuh dengan gambar statis yang disajikan. Seperti halnya kisah drama, Mass lebih menonjolkan dialog dan pergulatan emosi dari mimik dan gestur para bintangnya.
Hal ini pun dapat diabadikan dengan tepat oleh sinematografer Ryan Jackson Haley yang membuat hal itu jadi menyita perhatian.
Beragam angle ditawarkan dari close up wajah para orangtua, memunggungi kamera, detail memegang tangan, hingga pergerakan ketika satu dua tokoh memilih meninggalkan forum, beringsut ke pojok.
Ada salah satu yang cukup membuat merinding kala menyaksikan film ini. Sudut pandang berbeda akan sebuah tragedi juga dimuat di sana, bagaimana perasaan orangtua sang pelaku pembunuhan itu.
"Dunia berduka atas 10 orang korban dalam penembakan ini, tetapi (bagi) kami sebelas," ungkap Richard dengan eskpresi muka pedih tapi berusaha tegar.
Satu adegan ini dieksekusi dengan ekspresi yang dalam. Mengubah arah empati termasuk perspektif penonton. Di sanalah kita melihat dalamnya cinta ibu.
Film Mass benar-benar menghangatkan hati, menumbuhkan empati, dan membangkitkan harapan soal pengampunan. Sebuah suguhan yang lumayan menjadi pengingat bagi para seluruh kalangan, tak hanya yang memiliki anak saja. Mass sendiri bisa disaksikan di Klik Film.
![]() |
(ass/aay)