Indonesia memang tak ada habisnya melahirkan sineas-sineas terampil yang menghasilkan film-film berkualitas. Apalagi dengan berkembangnya teknologi, makin banyak sineas muda hingga di daerah mampu menghasilkan film yang lumayan oke.
Seperti yang dikatakan oleh salah satu sutradara film Chairun Nissa. Menurutnya, filmmaker di daerah memiliki banyak potensi karena memiliki keunikan tersendiri, paham isu yang paling dekat dengan lingkungan sekitar mereka.
"Bisa dibilang kayak isu keseharian yang sangat menarik difilmkan. Jadi kata aku potensi filmmaker di daerah bisa jadi ciri khas sih, jadi menambah keberagaman film-film yang ada di Indonesia," kata Chairun Nissa dalam acara Bukamata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Chairun Nissa mengatakan filmmaker tersebut memunculkan kompetisi yang lebih menarik karena setiap individu atau daerah memiliki keunikan masing-masing. Secara profesi, hal tersebut bisa menjadi transfer knowledge, karena biasanya yang di kota memiliki kemudahan akses secara teknologi.
Berbeda dari daerah yang belum menuju ke arah teknologi, tetapi secara konten isu itu lebih menarik. Jadi menurutnya kompetisi tersebut bukan menjadikan kedua pihak sendiri-sendiri melainkan berkolaborasi.
Chairun Nissa melanjutkan film tidak hanya berupa satu buah produk, melainkan memiliki beberapa lapisan yang menurutnya secara produksi dan kreatif melibatkan banyak sektor. Ia mencontohkan lokasi yang mempunyai kecenderungan untuk mempromosikan satu wilayah.
"Itu berarti ada ekonomi kreatifnya. Terus kalo kita mau melihat potensi budayanya dari relief, bentuk tarian, atau mungkin sastra, jadi kaitan-kaitan itu bisa banget dibawa dalam bentuk film sehingga penyampaiannya jadi lebih mudah untuk diterima," tuturnya.
Salah seorang anggota dari Komunitas Film Mandalika, Dandi mengungkapkan di Lombok konten untuk film masih bisa dibilang seperti 'lahan basah', artinya masih banyak konten-konten yang belum diulik. Itulah juga menjadi salah satu ide cerita yang sudah lumayan lama diniatkan oleh Komunitas Film Mandalika yang menampilkan spirit budaya.
"Spiritnya ada spirit budaya juga, kita berbicara sosial ekonomi yang masih mencerminkan juga sih di daerah, terutama daerah-daerah selatan," imbuh Dandi.
Sementara itu, salah satu sutradara film Emil Heradi menuturkan para sineas perlu determinasi untuk menghasilkan sesuatu yang bagus baik dari segi karya maupun finansial. Emil juga mengatakan seiring perkembangan teknologi, sineas-sineas Indonesia juga dapat belajar lebih cepat.
Walau begitu, Emil menambahkan teknologi juga berkembang dengan cepat, sehingga para sineas tidak berhenti belajar. Sebab, perkembangan teknologi juga akan cepat.
"Kalau kita berhenti di satu titik, nggak ngikutin perkembangannya sekarang lebih cepet ketinggalan. Jadi harus lebih cepet upgrade diri juga," imbuh Emil.
Di sisi lain, Dosen Fakultas Film Universitas Bina Nusantara Tito Imanda mengungkapkan data dari Bekraf memaparkan film itu kurang dari 1% dari keseluruhan ekonomi kreatif yang ada. Ia juga menuturkan masalah terbesar sebelum pandemi adalah jumlah layar bioskop yang masih sedikit untuk menampung film-film Indonesia.
"Usai pandemi selesai, layar bioskop harus diseriusi kembali dan ditambah, sebab pemasukan terbesar dari industri film adalah masih dari layar bioskop," ujar Tito.
Dalam video yang sama, pengamat film Panji Wibowo menjelaskan perspektif sineas terhadap film tergantung bagaimana pandangan tentang apa itu film. Bila melihat film sebagai sebuah industri yang harus di bioskop atau kemudian turunannya harus tayang di VOD besar, mungkin bukan itu jawabannya.
Tetapi menurut Panji, bila seorang sineas memandang film sebagai kreativitas, wilayah eksploratif yang mungkin memberikan keleluasaan itu merupakan daya hidup ekonomi yang masih bisa dikerjakan. Jadi ia menyarankan untuk memanfaatkan platform-platform seperti YouTube dan lainnya bisa berdampak bagi ekonomi.
"Tentu tidak akan membuat kita (orang yang belajar film) jealous, tapi harus melihat hal tersebut sebagai suatu peluang. GImana caranya kita compete dengan itu," kata Panji.
Sebagai informasi, dalam acara Bukamata tersebut, dihadirkan berbagai perspektif dari para pelaku industri film Indonesia. Tak hanya itu, Bukamata juga menghadirkan penampilan spesial dari Kunto Aji yang melantunkan lagu-lagu hitsnya.
Kunto Aji tampil dengan suaranya yang khas sambil membawakan lagu-lagu yang pernah ia buat. Sampai akhir acara, Kunto Aji tetap tampil energik dengan jentikan jarinya pada gitar hingga lagu akhirnya.
(akd/ega)