Sebelum Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, industri film sempat merangkak bangkit lagi. Kala itu diikuti dengan wacana pembukaan beberapa bioskop dengan protokol kesehatan.
Beberapa sineas dan rumah produksi pun mulai syuting meskipun dengan beragam kendala dan tak ada kepastian kapan film tersebut akan tayang.
Kini PPKM Darurat berlaku, syuting film tak lagi semudah (meskipun di awal pandemi juga tak mudah) biasanya. Ada banyak aturan baru yang membuat pihak produser dan sutradara harus memutar otak agar semua aman dan terkendali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti yang diungkapkan oleh bos StarVision, Chand Parwez Servia, dalam sebuah konferensi pers film terbaru mereka yakni A Perfect Fit.
Menurutnya, syuting di masa pandemi membutuhkan biaya yang jauh lebih besar dibandingkan biasanya. Hal ini diakibatkan oleh pemberlakuan protokol kesehatan dan lainnya.
"Kenaikan budget di masa pandemi bukan hanya untuk prokes, tapi juga waktu syuting yang perlu lebih panjang," tuturnya.
Dalam kesempatan terpisah, sutradara Anggy Umbara pun mengungkapkan keluhan yang sama. Tak hanya itu saja, ia pun mengeluhkan tentang jumlah kru yang sangat dibatasi.
"Ya kan kita syuting biasanya ratusan orang, biasanya minimal 150-200 orang kru di lapangan. Kali ini cuma boleh 40-42 orang di lapangan," ungkapnya dalam Virtual Press Conference film I, Will, Survive pada Jumat (16/7/2021).
Meski begitu ada sedikit angin segar bagi industri tersebut dengan hadirnya beberapa OTT yang menggeser fungsi utama bioskop di Tanah Air, salah satunya Netflix.
Perusahaan asal Amerika Serikat tersebut mulai bekerjasama dengan sejumlah rumah produksi di Indonesia untuk menggarap film-film yang khusus ditayangkan di sana. Salah satunya adalah A Perfect Fit yang digarap bersama StarVision.
Chand Parwez Servia menjelaskan, kerjasama dengan Netflix dinilai amat sangat menguntungkan sineas Tanah Air untuk menembus pasar global.
Baca juga: Jaringan Bioskop Tutup Lagi! |
"Netflix sebagai media digital memberikan alternatif menonton bagi pecinta film Indonesia di tanah air, dan jadi penetrasi pasar global untuk karya sineas juga pemain dari Indonesia," terangnya.
Ia pun membongkar pengalamannya bekerjasama dengan Netflix. Menurutnya perusahaan tersebut sangat adil dan membantu biaya produksi sekaligus menjaga kesehatan para pemain dan kru di tengah pandemi ini.
Tak main-main, Netflix bahkan menyediakan dana tak terbatas untuk biaya kesehatan selama syuting dan pasca syuting demi kebutuhan proyek tersebut.
"Tapi yang luar biasa dari pihak Netflix itu adalah kita diberikan kebebasan bahwa untuk protokol kesehatan ini kita dikasih budget unlimited. Jadi budget yang produksi ya produksi dan yang ini (kesehatan) betul-betul sesuai kebutuhan jika ada apa-apa maka bisa di-adjust langsung. Ini sesuatu yang menarik," pungkasnya.
Semoga saja pandemi lekas usai sehingga para sineas tak perlu lagi khawatir dengan biaya produksi yang membengkak atau pun bersinggungan dengan aturan kesehatan yang diberlakukan di tengah pandemi COVID-19.