Di antara aktivitas yang dikenal sebagai pemain sinetron dan sibuk Yoga, Anjasmara membintangi sebuah film berjudul Everyday is a Lullaby. Film tersebut membawa kabar gembira akan tayang di festival film Busan.
Disutradarai oleh Putrama Tuta, Everyday is a Lullaby menjadi panggung yang menantang bagi Anjasmara. Film ini menandai penampilannya di layar lebar setelah absen selama 4 tahun.
"Berperan di film ini bikin saya deg-degan. Apalagi pas dibilang kalau film ini masuk ke Busan, makin-makin. Film ini bisa dibilang jadi film saya setelah empat tahun menghilang," ungkap Anjasmara dalam jumpa pers virtual, Kamis (17/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Everyday is a Lullaby menjadi tantangan baru bagi Anjasmara. Dalam film ini, Anjasmara beradu peran dengan dua bintang yakni Raihaanun dan Fahrani Pawaka Empel.
Proses pengerjaan film ini cukup lama. Diproduksi di 2016, Everyday is a Lullaby diumumkan rampung dan siap menyapa penonton internasional lewat festival film Busan pada Oktober bulan depan.
"Film ini selesai lama karena memang, proses pengeditannya yang cukup lama. Beberapa kali menemukan bagian-bagian yang kurang pas sampai akhirnya diputuskan kalau film ini adalah film dan bukan sekadar sebuah pekerjaan," ungkap Putrama Tuta yang juga dikenal sebagai sutradara Catatan Harian Si Boy juga A Man Called Ahok.
Poster film itu sendiri sudah dirilis. Everyday is a Lullaby diungkapkan Tuta sebagai kisah drama yang dengan sentuhan lebih di sisi psikologi.
"Ini film drama, tapi ada dorongan psycological sense. Saya pengennya di sini, penonton bukan seperti nonton filmnya, tapi seperti ada di dalam filmnya. Makanya karakter Anjasmara dibuat yang memiliki banyak hal yang dipikirkan di dalam satu kepala," ungkap Putrama Tuta.
Everyday is a Lullaby tak hanya akan meramaikan festival film tersebut. Film ini juga sekaligus premiere atau tayang secara perdana di Busan Film Festival.
(doc/tia)