'Joker' tayang hari ini. Villain abadi Batman ini begitu ditunggu lantaran kisah solo dari penjahat dengan penyakit psikis ini begitu magnetis.
Sejak tampil begitu superior lewat Heath Ledger di 'The Dark Knight', villain ini makin banyak penggemarnya. Tapi pertanyaannya mengapa?
Jangan Terlalu Serius
Joker tidak 'setulus' Thanos dalam niatan menyeimbangkan populasi semesta. Dia juga bukan punya rasa iri seperti Erik Killmonger yang merasa ditirikan dari bangsanya sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia memilih hadir untuk mengacaukan yang damai, menimbulkan adu domba dan teror yang tak tertebak arah tujuannya.
Pribadi manusia memang kompleks, Anda pasti pernah ingin lari dari masalah serta tak mau lagi jadi orang yang sama. Joker adalah manifestasi itu. Ia menunjukkan lari terlalu jauh memang 'solusi' meski risikonya menyeramkan.
Karakter ini terasa dekat, meski kerap lekat dengan imej seseorang yang depresi. Tapi manusia mana yang tidak pernah melalui babak depresi dalam hidupnya?
'Joker' versi Joaquin Phoenix punya line yang menarik. "Aku kira hidupku tragedi, tapi ternyata aku sadar, itu adalah komedi."
Baca juga: Penayangan 'Joker' di AS Dikawal Tentara |
Lewat line itu, mungkin banyak orang makin jatuh cinta pada sosok Mr J. Sebab, komedi dan tragedi terkadang kadang setipis itu.
Komedi adalah kesalahan. Setidaknya begitu ringkasnya mengartikan komedi di masa silam.
Terjatuh di parit, terpeleset di lantai atau celana bahan yang robek ketika duduk merupakan adegan komedi yang lumrah. Apalagi pada panggung komedi era lawas.