Dibeberkannya soal bisnis batu bara dan perpanjangan prosesnya yang disebut melibatkan sederetan politikus hingga petinggi negara, 'Sexy Killers' ditegaskan sang sutradara bukan sebagai film yang dimaksudkan cuma untuk mengkritik pemerintahan. Dandhy Laksono mengatakan film dokumenternya ini sebagai cara untuk menyalurkan kegelisahan.
"Disebut film dokumenter untuk mengkritik pemerintah, nggak ya, saya pikir ini sudah hal baru dari ekspresi masyakat kita yang sudah jenuh dengan hal yang tidak substansial," ungkap Dandhy saat ditemui belum lama ini.
Ia berharap, tayangnya dokumenter ini dapat menjadi topik baru yang banyak diperbincangkan selain meributkan isu hangat berkaitan dengan pilihan politik lewat dua sosok yang kini dielu-elukan.
Baca juga: Di Balik Judul 'Sexy Killers' |
"Harapannya (dari film ini) kita mulai diskusi tentang banyak hal apa benar kita akan meneruskan kebijakan energi seperti ini, diskusi bagaimana cara hidup kita, diskusi apa yang ternyata pioritas dalam pembangunan dan kehidupan kita sebagai bernegara," ungkap Dandhy.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tonton video 'Bongkar Rahasia di Balik Film Viral 'Sexy Killers'':
Meski tak dipungkiri isi 'Sexy Killers' sarat sentilan kepada public policy hingga tokoh-tokoh penting pemerintahan, Dandhy menegaskan dokumenternya kali ini tak jauh beda dengan konten-konten lain yang bertebaran di YouTube baik itu konten hiburan atau konten soal politik dan pemerintahan.
"Sebagai pembuat film saya merasa puas. Bahwa beberapa hal achieve gitu, berapa hal tersampaikan, berapa hal terdistorsi. Itu sama dengan Juki bikin video goyang jempol, sama dengan Neno Warisman bikin vlog, ini posisinya sama semua. Sama dengan Jokowi atau Kaesang bikin vlog, nggak ada bedanya," tukas Dandhy.