Meski ia tak memungkiri, film ini juga telah menerima apresiasi setelah ditayangkan di 25 negara.
"Banyak komentar sangat positif, justru kritik saya terkeras adalah petisi tanpa dialog dan menonton menjadi anarkhisme massa. Petisi yang menjadi anarkhisme masa karena sebagian tak melihat adalah penghakiman massal tanpa keadilan," kata Garin kepada detikHOT, Kamis (25/4).
Petisi yang muncul di situs change.org itu menyebut 'Kucumbu Tubuh Indahku' sebagai film LGBT yang tak layak tayang. Padahal ada nama Garin Nugroho sebagai sutradara, bahkan terbukti sebelumnya, 'Kucumbu Tubuh Indahku' tampil di berbagai festival.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi tak cuma itu yang diangkat olehnya. Selain tradisi lokal Lengger Banyumas yang ia masukkan dalam cerita, film ini juga disebut Garin menjadi representasi sosial dan politik.
Garin berharap, pesan-pesan dari kegelisahan hal-hal tersebut dapat tersampaikan tanpa adanya penghakiman lewat petisi yang muncul kali ini.
"Anarkisme massa sangat mengancam kebebasan berekspresi. Jika dibiarkan, akan menjadi demokrasi serba massal tanpa kualitas, akibatnya toleransi bangsa menurun," kata Garin. (doc/nu2)