Joker menangkapnya dalam sebuah paradoks dan melukiskan gambaran dunia yang masih bernanah. Sebagai peniru Batman yang ganas dengan pemijahan yang aneh pada setiap kemunculannya.
Ada pendirian yang seharusnya berada di sisinya, tetapi siap untuk menikamnya dari belakang. Batman bisa saja berada di atas itu semua tetapi pada akhirnya, setiap tindakannnya akan memiliki konsekuensi.
Sepuluh tahun yang lalu, Christopher Nolan mengatakan kepada LA Times bahwa adegan interogasi di 'The Dark Knight' sangat sentral untuk visinya. Itu juga merupakan salah satu adegan pertama yang ditulisnya untuk memahami bagaimana sisa film harus dimainkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu adalah hak istimewa dan kemewahan yang tidak lagi diberikan oleh para pembuat film," kata Nolan kepada para anggota BAFTA.
"Ada terlalu banyak tekanan pada jadwal rilis untuk membiarkan orang-orang melakukan itu, tetapi secara kreatif itu adalah keuntungan besar. Kami memiliki hak istimewa dan keuntungan untuk berkembang sebagai manusia dan sebagai pendongeng lalu membawa keluarga kembali bersama."
Batman karya Nolan itu bukanlah superhero dalam pengertian film action yang penuh rasa hormat, bertentangan dengan hukum dan fisika. Melainkan dibebani oleh retorika etik dan komplain penjahat. Film ini bukan untuk para penggemar, namun dibuat sebagai puncak bagi mereka yang mengidentifikasi diri.
Entah kita menganggapnya sebagai mahakarya atau hasil gembar-gembor yang terus didengungkan. Tapi pernahkah kita sadar, setelah satu dekade ucapan Joker: 'Why So Serious?' Karena sesuatu seperti itu tak akan pernah terjadi lagi.
Mungkinkah ada yang menggantikan 'The Dark Knight'? Meskipun ada bukti keuangan yang harus diperdebatkan, sulit untuk membayangkan sutradara mana pun di masa depan yang memiliki kesempatan seperti Nolan. (nu2/doc)