Musik tarling adalah musik dangdut khas Indramayu yang terkenal dengan joget erotisnya. Para ulama, dalam film ini berupaya melarang aliran musik tarling, mereka menghendaki tarling dibuat bernuansa Islami.
Sutradara 'Tarling is Darling', Ismail Fahmi Lubish menerangkan, dia memang tertarik dengan musik tarling. Hal itu lah yang membuat dia termotivasi menggarap film ini. Terlepas dari justifikasi baik yang pro dan kontra atas musik ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ini Daftar Pemenang FFI 2017 |
"Musik tarling ini adalah kehidupan bagi mereka. Di film ini menceritakan sosok Kang Jaham, Kang Jaham ini cukup terkenal di sana. Sudut pandang dari Kang Jaham kemudian mewakili film ini," imbuhnya.
Ismail melanjutkan, sebenarnya film ini hadir untuk mempertanyakan moral. Apalagi setiap kelompok memiliki moralnya masing-masing. Sudut pandang moral yang beragam inilah yang kemudian ditampilkan di film ini.
"Terus saya sebagai sutradara tidak mau (menghakimi) ini yang benar, itu yang salah. Ini cerita yang sebenernya berat namun penyajiannya ringan. Film ini saya kerjakan dalam waktu hampir empat tahun," paparnya.
Salah satu penonton, Samsul (25) mengaku tertarik dengan film ini. Film 'Tarling is Darling' menurutnya adalah realita dan sudah membudaya di sebagian masyarakat, terutama masyarakat Indramayu.
"Saya suka film ini, film ini ringan tapi berbobot," ucapnya.
![]() |
"Tahun ini ada 114 film dari 22 negara dari Asia Pasifik yang ditayangkan di JAFF. 114 film ini dipilih dari sekitar 500-600-an film yang masuk ke kami, akhirnya terpilih 114 film dari 22 (negara) itu," ungkapnya.
Adapun ke-22 negara yang ambil bagian dalam JAFF kali ini ada Indonesia, Singapura, Thailand, Filipina, Kazakhstan, Kyrgyzstan, India, Tiongkok, Jepang, Sri Langka, Iran, Malaysia, Korea Selatan, Kamboja, Vietnam, Myanmar, Timor Leste, Taiwan, Afganistan, Mongolia, Tajikistan dan Hongkong. (dar/dar)