"Target utama ININC sebenarnya membentuk ekosistem karena belum ada ekosistem perfilman yang bener di Indonesia. Target keduanya untuk meningkatkan kapasitas kemampuan para pelakunya, dari sutradara, kru-krunya," ujar Triawan Munaf selaku Kepala Bekraf saat ditemui di Kementerian BUMN, Medan Merdeka Selatan, Rabu (8/2).
Tidak hanya untuk mengembangkan kapasitas kemampuan para pelakunya, Bekraf juga ingin mengembangkan kualitas bioskop-bioskop di Indonesia. Ada beberapa perusahaan asing yang akan membangun bioskop-bioskop yang akan dibangun di daerah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Triawan berharap dengan membuat bioskop yang nyaman dapat meningkatkan animo rasio penonton di tiap daerah.
"Bioskop kita itu nyaman sekali tapi minim, kurang mencapai masyarakat menengah ke bawah, dan kurang masif, sehingga penonton tidak pas. Itu yang sekarang sedang kami perjuangkan," ujarnya.
Bahkan untuk Papua sendiri baru hanya ada satu bioskop yang sempat melibatkan Triawan dalam film 'Boven Digoel' dalam proses penggarapannya.
"Soal film Boven Digoel kemarin, kebetulan saya diminta bantu. Saya sudah minta ke beberapa bioskop untuk nambah layar di Jakarta, sementara Papua sendiri cuma satu," tambah Triawan.
Pembangunan bioskop juga memerlukan adanya investasi layar.
"Karena potensinya besar sekali kalau bicara soal rasio penonton. Layar kita cuma 1.200, penduduk kita 260 juta kan sekarang. Korea 3.000, penduduk 56 juta kan," jelas Ricky Pesik, wakil kepala Bekraf.
Penambahan bioskop diharapkan dapat menumbuhkan animo masyarakat dalam perfilman Indonesia.
"Kita sih optimis sih mungkin minimal 500 layar per tahun. Tapi saya yakin pasti lebih besar. Kita dorongnya ke daerah, karena itu salah satu hal yang penting," ujar Ricky.
(vep/nu2)











































