Bicara soal harapan selalu terlihat klise. Padahal, banyak orang bijak dunia berkata, bahwa harapan lah aset paling mahal yang harus dimiliki setiap individu.
Merayakan Hari Film Nasional tiap 30 Maret pun tak lepas dari harapan-harapan para pelakunya. Termasuk detikHOT yang di tahun ke-66 Hari Film Nasional ini, memilih merayakannya bersama Jakarta Prima Digital (JPD). Perusahaan yang selama 3,5 tahun terakhir mengerahkan tenaganya untuk merestorasi atau melakukan digitalisasi terhadap film-film lawas nasional.
Ada harapan besar di balik kegiatan merestorasi JPD. Apa itu?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
COO JPD Lavesh Samtani / Asep (detikHOT) |
"Kami juga berharap televisi nasional bisa lebih berpihak dan menayangkan film-film ini. Terlepas dari unsur bisnisnya, tapi sekarang yang terjadi adalah mereka tidak peduli. Kalaupun ada yang menayangkan, mereka nggak peduli ada debu, ada yang rasionya berantakan," sambung Lavesh lagi yang sudah 30 tahun terakhir menjadi bagian dari industri layar perak Indonesia.
Jika dikembalikan kepada asal mulanya, Hari Film Nasional diperingati 30 Maret bukan karena film Indonesia pertama kali dirilis. Tapi karena di hari itu, tahun 1950, film yang berjudul 'Darah dan Doa' arahan Usmar Ismail pertama kali diproduksi oleh Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini).
Dari situ sudah terlihat bahwa sebuah karya seni agung dirayakan atau diapresiasi bukan dari hasilnya, tapi prosesnya. Sekali lagi, selamat Hari Film Nasional!
(mif/mmu)












































COO JPD Lavesh Samtani / Asep (detikHOT)