Ketika malam puncak Oscar dimulai, 'Mad Max: Fury Road' sudah menyabet banyak piala. Begitu juga dengan 'The Revenant' yang mendapuk Leonardo DiCaprio sebagai Aktor Terbaik serta Alejandro G. Inarritu sebagai Sutradara Terbaik. Tapi kategori paling bergengsi adalah milik 'Spotlight'.
Film yang disutradarai Tom McCarthy itu membawa pulang dua piala. Selain dipilih sebagai Skenario Asli Terbaik, 'Spotlight' juga menang di kategori 'Film Terbaik', garapan Tom McCarthy dan John Singer.
Apa yang membuat film itu terasa spesial, terlihat jelas dari cerita yang diangkat berdasarkan kisah nyata. Sekelompok jurnalis The Boston Globe (diperankan Mark Rufallo, Michael Keaton, Rachel McAdams) melakukan investigasi kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak di bawah umur, yang dilakukan oknum pastur Gereja Katolik.
Dengan investigasi yang mendalam selama berbulan-bulan, tim Spotlight dengan sedikit demi sedikit mengumpulkan bukti, melakukan wawancara dengan korban, serta konfirmasi kepada pihak yang dituduhkan sebelum mempublikasikan laporan mereka. Perjalanan mereka tidak mudah, tapi ketika fakta terkuak, semua mata tertuju pada kasus yang menghebohkan itu.
detikHOT memiliki kesempatan eksklusif menjadi salah satu media internasional yang mendapat akses ke backstage interview room The Oscars 2016, di Dolby Theater, Hollywood. Ada empat produser yang mewakili tim produksi untuk ditanya seputar film, dan kemenangan mereka di Oscar.
![]() |
"Kami tak akan ada di sini tanpa perjuangan para reporter yang heroik. Bukan hanya mereka memberikan perubahan dan efek global, tapi juga menunjukkan kepada kita semua pentingnya jurnalisme investigasi," kata produser Blye Pagon Faust.
Blye mengatakan tugas jurnalis memang penting. Tapi dia tak merasa bahwa semua orang punya pemahaman bahwa jurnalisme investigasi punya proses dan kedalaman yang panjang. Dalam kasus yang diangkat film ini, investigasi itu dilakukan jurnalis lokal yang punya efek secara global, dan tujuan mereka membuat film ini adalah menyampaikan pesan tersebut seluas mungkin.
"Dan aku juga berharap kepada kalian sebagai jurnalis di sini, dan di seluruh dunia, ikut menyampaikan pesan itu agar sampai ke Vatikan, dan mungkin kita bisa membuat perubahan nyata. Itulah yang ingin menjadi tujuan kami," tambah produser Michael Sugar.
Tapi yang perlu digarisbawahi, film ini tidak sama sekali berusaha mengubah persepsi tentang agama. Justru kasus yang diangkat bisa membersihkan agama dari oknum-oknum yang merusaknya.
"Aku pikir film ini mengangkat tentang institusi, alih-alih sebuah penyerangan terhadap agama. Jadi apakah itu institusi agama, atau agensi pemerintahan, karena ini bukan serangan kepada Katolik. Ini benar-benar isu tentang institusi," tegas produser Nicole Rocklin.
Para produser juga berharap agar film 'Spotlight' turut menginspirasi semua korban di dunia agar tidak sembunyi, dan melapor jika mengalami pelecehan oleh siapapun. Mereka juga memiliki misi agar di era informasi yang terbuka, institusi mau melakukan perubahan.
Awalnya, para film maker "Spotlight' bahagia mendengar pemimpin tertinggi Katolik saat ini, Pope Francis, menunjuk Peter Saunders sebagai salah satu anggota Pontifical Commission for the Protection of Minors, komisi untuk menyelidiki dugaan pelecehan seksual di institusi gereja. Peter adalah salah satu korban yang bergabung dalam panel. Komisi tersebut bahkan sempat ikut menonton film 'Spotlight'.
"Tapi dua hari kemudian kami mendengar Peter dibekukan (dari panel), dan dia dinonaktifkan karena menganjurkan terlalu banyak perubahan."