Ajang penghargaan tertinggi insan film nasional, Festival Film Indonesia (FFI) 2015, baru saja usai digelar. Memberikan 21 gelar kepada sineas Indonesia terbaik sepanjang tahun ini.
Bertempat di ICE BSD City, Tangerang, Banten, Senin (23/11/2015), FFI 2015 berlangsung hangat dan cukup classy bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun tentunya, tiap-tiap hajatan punya kekurangan, begitu juga dengan FFI 2015.
Dari pandangan detikHOT, kekurangan yang vital terjadi dalam urusan kordinasi pembacaan pemenang pada kategori 'Film Televisi Terbaik', 'Film Dokumenter Panjang Terbaik', 'Film Dokumenter Panjang Penghargaan Khusus', 'Film Dokumenter Pendek', 'Film Animasi Terbaik' dan 'Film Pendek Terbaik'. Enam kategori itu seakan dilupakan baik dalam babak off air maupun on air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
FFI 2015 juga tak kunjung memberikan apresiasi kepada soundtrack terbaik. Hanya ada 'Penata Musik Terbaik' dan 'Penata Suara Terbaik'. Padahal, soundtrack merupakan bagian penting yang menghidupkan adegan dan tak jarang menjadi kenangan.
Terlepas dari itu, kemenangan 'Siti' sebagai 'Film Terbaik' sontak menunjukkan FFI 2015 mulai meluaskan pandanganya pada film-film produksi pendatang baru dan berbudget rendah. 'Siti' diproduksi tanpa bintang dengan biaya sekitar Rp 100 juta, berwarna hitam-putih dan seluruh dialognya berbahasa Jawa. Sekilas film ini nggak FFI banget.
Baca juga: Daftar Lengkap Pemenang FFI 2015
Penulis naskah Salman Aristo pernah mengatakan dalam sebuah wawancara embrio kembalinya FFI kepada semangat film nasional dimulai sejak penyelenggaraan 2010. Yakni diawali sistem penjurian dua lapis dengan pemungutan suara yang didominasi para pakar. Sistem tersebut kemudian dikembangan dan dipakai hingga saat ini. Ada 127 juri yang menyumbangkan suaranya yang tentunya terdiri dari para sineas baik di depan dan belakang layar.
Sistem tersebut membuat FFI ke-37 ini tak lagi didominasi rumah produksi besar. Dampaknya secara langsung membuat produksi-produksi menengah berkualitas, bisa terlihat jelas ke permurkaan.
Mendiang Alex Komang pernah berharap, "semoga FFI 2015 dan FFI mendatang hasilnya tidak lagi mengalami kontroversi. Dan hasilnya bisa menyenangkan semua pihak."
Apakah sudah terwujud di tahun ini? Jika tidak, maka akankah terwujud di masa mendatang?