'Predestination': Kisah Seorang Agen Perjalanan Waktu

'Predestination': Kisah Seorang Agen Perjalanan Waktu

- detikHot
Selasa, 06 Jan 2015 14:20 WIB
Jakarta - Time travel adalah salah satu sub-genre sci:fi yang paling sering dieksploitasi. Ada yang membuatnya menjadi thriller serius seperti serial 'Terminator', ada yang membuatnya menjadi komedi petualangan seperti 'Back To The Future' atau bahkan ada yang membuatnya menjadi komedi romantis seperti 'The Time Traveller’s Wife'. 'Predestination' karya Spierig Brothers masuk ke jenis yang pertama. Film ini adalah sci:fi thriller yang perlu Anda simak baik-baik karena setiap menitnya menyimpan begitu banyak kejutan.

Film dibuka dengan sesosok pria yang mencoba menghentikan teroris yang akan menghancurkan New York pada 1975. Pria tersebut mengalami kecelakaan saat melaksanakan tugasnya. Dan, saat itulah kita mengetahui bahwa sang pria tersebut adalah seorang time-travelling agent (Ethan Hawke).
 
Kemudian kita diajak mundur bersama agen di awal tahun tujuh puluhan di sebuah bar di New York. Pekerjaannya menjadi bartender membuatnya menjadi pendengar yang baik. Terutama saat dia bertemu dengan lelaki bernama John (Sarah Snook) yang menantangnya bahwa dia memiliki cerita paling mengesankan yang akan pernah dia dengar. Pria asing itu tidak salah. Dan saat dia mulai bercerita, kita akan mulai menjelajah ke sebuah kenyataan yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya.

Satu hal yang pasti soal 'Predestination' adalah film ini akan semakin enak dinikmati jika Anda masuk ke bioskop dalam keadaan buta. Semakin sedikit Anda mengetahui tentang film ini, semakin bagus. Diadaptasi dari cerpen berjudul 'All You Zombies' oleh Robert A. Heinlein, film ini tidak main-main dalam mengeksplorasi dunia science fiction sedalam-dalamnya. Beberapa idenya mungkin akan terdengar begitu konyol saat Anda selesai menontonnya, tapi tetap saja menakjubkan dan menarik untuk menjadi bahan diskusi bersama teman-teman Anda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Spierig Brothers yang juga mengadaptasi skripnya tidak hanya terampil dalam mengatur intensitas ketegangan, namun juga mempunyai perhitungan yang matang dalam menaruh petunjuk-petunjuk yang secara sekilas terlihat irelevan namun begitu Anda perhatikan seksama ternyata menjadi hal yang krusial. Tidak ada momen yang membosankan dalam film ini. Bahkan ketika John bercerita tentang masa lalunya, setiap hal terkecil pun menjadi informasi baru yang menarik. Ending-nya memang agak mengejutkan; tidak memiliki klimaks sedahsyat 'Looper' yang sama-sama bercerita tentang time-travelling agent, tapi itu semua bisa dimaafkan.

Ethan Hawke tidak tampil begitu luar biasa namun dia menggunakan sisi charming dirinya dengan pas. Bagian paling mudah bagi Hawke adalah meyakinkan penonton dan juga John bahwa dia adalah mediator yang baik. Dan, tidak ada lagi yang bisa melakukannya dengan mudah tanpa kelihatan angkuh seperti Hawke.

Sarah Snook justru yang menjadi pusat perhatian karena plot film ini berputar dengan karakternya sebagai pusat galaksi. Dalam sebuah wawancara Spierig Brothers mengatakan bahwa Sarah Snook memiliki kualitas yang lebih dari cukup untuk manyamai Cate Blanchett yang juga sama-sama dari Australia. Dan, mereka tidak salah. Snook mempunyai range akting yang luas sampai-sampai 'Predestination' terasa seperti video audisi. Snook bisa memerankan sosok gadis rapuh yang menyayat hati namun di saat yang bersamaan dia begitu meyakinkan sebagai perempuan tegar yang kaku. Dalam beberapa adegan sosoknya mengingatkan kita akan Jodie Foster, baik dari cara berbicara sampai suaranya.

'Predestination' memang bukan sci:fi terbaik sepanjang tahun yang baru saja ditinggalkan. Tapi, dibandingkan dengan banyak judul sci:fi yang dirilis pada 2014, film ini jelas salah satu yang paling mentereng. Penampilan Sarah Snook yang menawan juga menjadi salah satu faktor kenapa Anda harus menonton film ini. Dengan teka-teki yang menghanyutkan, 'Predestination' lebih dari layak untuk Anda nikmati. Film ini hanya diputar di jaringan bioskop BlitzMegaplex dan Cinemaxx.

Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.

(mmu/mmu)

Hide Ads