“Jika diizinkan Ketua Umum Pemuda Pancasila, kita akan membuat film yang benar, tidak sepotong-sepotong tentang sejarah pemuda di sini,” kata Ketua MPW PP Sumut Anuar Shah kepada wartawan di Medan, Rabu (26/9/2012).
Anuar menilai, film yang dibuat Oppenheimer melenceng dari kebenaran, tidak melihat situasinya secara berimbang. Adapun Anwar Congo, sesepuh Pemuda Pancasila Sumut yang menjadi pemeran utama dalam film dokumenter itu dinilai sebagai korban dalam film garapan Oppenheimer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Dalam film itu, sejarah PP diambil sepotong-sepotong. Berapa banyak korban yang dibunuh Partai Komunis itu tidak disampaikan. Ini dibuat PP seolah-olah melakukan penjagalan. Sumbernya tidak berimbang,” tukas Anuar Shah yang berbicara didampingi Anwar Congo dan Kamaluddin Lubis, sesepuh PP Sumut dan mantan Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Sumut.
Film 'The Act of Killing' yang diputar di Festival Film Toronto bercerita tentang situasi pasca Gerakan 30 September 1965. Digambarkan pembunuhan terhadap sejumlah anggota PKI yang dilakukan para pemuda di Medan, termasuk dari unsur Pemuda Pancasila.
Dalam film itu, salah satu eksekutornya adalah Anwar Congo. Anwar menyatakan memang dia ikut dalam pembantaian itu, tetapi karena kala itu situasinya juga bahaya. Alasannya, saat itu kalau tidak membunuh (PKI), ya terbunuh.
(rul/mmu)