Akankah Konser K-Pop Online Jadi Tren Baru usai Pandemi?

K-Spotlight

Akankah Konser K-Pop Online Jadi Tren Baru usai Pandemi?

Delia Arnindita Larasati - detikHot
Senin, 14 Sep 2020 17:48 WIB
SUWON, SOUTH KOREA - JUNE 18:  A South Korean fan (L) of a boy band, Exo, (not shown) holds a banner as a K-Pop band perform on stage on June 18, 2016 in Suwon, South Korea.The particular concert was organized by the city government of Suwon, commemorating the 220th anniversary of Suwon-Hwaseong Fortress, a UNESCO heritage site. It featured 25 K-Pop idol groups and solo artists for two days: June 17 and 18, 2016, drawing more than 10,000 visitors. The South Korean government, both on a central and local level, try to boost tourism by sponsoring and directly organizing K-Pop concerts in big venues. The fans come from Korea as well as Japan, China, and Southeast Asia, as the popularity of K-pop had rapidly grown after it started in Japan in the early 2000s, and expanded its fan base to teenagers and young adults in China, Southeast Asia, and as far as Latin America.  (Photo by Jean Chung/Getty Images)
Foto: Getty Images
Jakarta -

Sejumlah manajemen besar K-Pop memanfaatkan teknologi untuk menggelar konser secara online, menggantikan rencana konser offline yang seharusnya mereka gelar tahun ini. Rencana-rencana yang sudah disusun rapi tersebut dibatalkan oleh pandemi COVID-19 yang melanda dunia.

Konser online menjadi pilihan yang sangat menguntungkan, tak hanya untuk para idola, tetapi juga fans. Biaya tiket yang jauh lebih terjangkau dibanding konser offline, juga konser yang bisa ditonton di mana saja, menjadi daya tarik tersendiri.

Namun apakah konser online akan tetap bertahan ketika pandemi usai?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Profesor Lee Gyu Tag dari George Mason University Korea menyebut banyak hal yang membuat konser offline memiliki daya tarik lebih daripada konser online. Sehingga jika konser online ingin diteruskan, manajemen harus memikirkan cara untuk membuat konser online lebih menarik daripada konser offline.

"Saat ini banyak manajemen dan musisi yang menggelar konser online gratis karena mereka berpikir keadaan ini hanya sementara. Sehingga mereka tak perlu mengambil keuntungan," ujarnya.

ADVERTISEMENT

"Konser online tapi tidak menawarkan hal sebanyak apa yang bisa kita dapat di konser offline. Sensasi dan kesenangan yang dirasakan di konser offline tak akan bisa dirasakan secara online. Sehingga jika manajemen ingin mengganti konser offline dengan online, mereka harus membuat sesuatu yang tak bisa disaksikan secara offline agar bisa sukses," pungkas Lee Gyu Tag.

Cha Woo Jin, sebagai kritikus musik di Korea Selatan, melihat konser offline ke depannya bisa menjadi sebuah hal yang langka. Jika para manajemen K-Pop berhasil membuat format yang menarik, juga ketika para penikmat konser lebih terbiasa menikmati konser di dalam rumah, bisa saja konser online tetap berjaya usai pandemi.
"Kita sudah melihat bagaimana fans menikmati konser online. Kita sudah melihat ketertarikan mereka, tinggal bagaimana para produser bisa mengembangkan lagi konser online agar lebih komersil," ujarnya.

"Fans pada akhirnya bisa menikmati konser dari rumah, jadi tak lama lagi, mungkin datang hari ketika konser offline menjadi satu hal yang langka dan konser online menjadi normal baru," pungkas Cha Woo Jin.




(dal/nu2)

Hide Ads