Main Stage

The Changcuters Menyambut 20 Tahun Perjalanan: Jadi Presiden dan Bubar

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Jumat, 09 Jun 2023 13:38 WIB
Jakarta -

Cukup kaget rasanya ketika mendengar pernyataan dari personel The Changcuters pada 2023 mereka sudah berjalan 19 tahun lamanya. Rasanya belum lama ketika pertama kali mendengarkan Main Serong mengudara di panggung-panggung musik Indonesia.

Membuktikan diri mereka generasi pantang tua dengan terus berselancar di atas filosofi rock n roll yang suka-suka. Prinsip mereka satu, walaupun gila-gilaan, tetap tidak sampai main serong yang walaupun asik tapi berbahaya.

Menjadi tamu Main Stage detikcom, The Changcuters mencoba menjelaskan dengan kata-kata rangkuman perjalanan hampir dua dekade itu. "Tapi gue rasanya kayak baru kemarin audisi lho," celetuk sang vokalis merujuk pada perjalanan awal mereka yang hidup dari audisi ke audisi demi mencari sponsor dan nama baik.

"Saya sudah nggak tahu lagi siapa-siapa, hidupnya sudah 19 tahun hidupnya bareng mereka. Karena secara kenyataanya mereka adalah orang terdekat lebih lama dari siapapun, mungkin setelah keluarga, sudah 20 tahun lebih. Jadi bisa dibilang berlima sudah kaya ya lebih dekat dari apapun. Lebih banyak menghabiskan waktu itu bersama berlima dibanding bersama keluarga juga, Lebih banyak menghabiskan waktu itu bersama berlima dibanding bersama keluarga juga,' jelas Qibil.

Gitaris dengan julukan Kapten Qibil itu kemudian melanjutkan, mereka pernah berandai-andai, di tengah maraknya selebriti dan pelaku seni yang menjadi politis dan mengikuti pemilihan legislatif, kalau salah satu di antara personel akan mengikuti, sudah pasti yang diminta bantuan adalah personel lainnya. Lebih tinggi lagi, termasuk jika salah satunya menjadi presiden.

"Kita suka bercandaan, kayak sedang maraknya semua artis nyaleg gitu, kalau misalnya ada yang nyaleg, paling gue sih minta bantuan kalian buat ngerjain ini, itu. Karena kita sudah tahu potensi masing-masing. Misalnya saya bikin perusahaan apapun, saya pasti ngajaknya berempat ini, Insya Allah mumpuni kok apapun lini usahanya, pasti kita bisa. Sudah nggak tahu siapa-siapa lagi," Qibil melanjutkan.

"Kayak Tria misal jadi presiden, pasti yang dia minta kita-kita juga. Dia pasti tahu potensi si Dipa bagusnya jadi menteri apa, gue jadi menteri apa gitu lah, itu mungkin ya. Misal gue yang jadi presiden, pasti berempat yang lain jadi menteri gitu lah," kata Qibil lagi.

Akan tetapi, ada pernyataan yang cukup tak biasa karena mengandung kata bubar. The Changcuters mengatakan, bahwa band The Changcuters bisa saja bubar, bendera itu tak lagi menghibur para Changcut Rangers, para penggemarnya. Apa maksud dari kalimat itu?

"The Changcuters itu sebetulnya kalau bisa dibilang hanya sebuah produk dari kami berlima. Mungkin misalnya besok kita mau bilang The Changcuters kita bubarin, nggak masalah. Kenapa? Karena yang penting kita berlima nggak pernah bubar," ungkap Tria.

"Ya mungkin kalau temen-temen mengenalnya kami anak band The Changcuters, tapi di balik itu The Changcuters buat kami sebetulnya adalah sebuah produk saja. Jadi, penting kami berlimanya, kami mengerjakan apa aja mungkin kami bisa selama berlima," sambung Dipa.

Menjalani pola hidup sehari-hari dengan rutinitas bandara-panggung-hotel meski terdengar menyenangkan, tapi tentu tidak mudah dijalankan. Rasa jenuh, perdebatan dan masalah pribadi kerap muncul menyelip di antara kewajiban mereka sebagai penghibur. Lagu-lagu kategori hits yang diulang-ulang dari enam album juga menjadi tantangan tersendiri.

"Lagu I Love U Bibeh sudah ribuan kali dibawakan, tapi saya masih tegang, masih takut salah masuk melodi gitarnya. Walaupun lagunya sama, rasanya selalu beda. Apalagi misalnya direkam kamera, hype penonton di tiap tempat berbeda, macam-macam variabel yang bikin deg-degannya. Dan itu nggak cuma satu lagu. Jadi nggak ada yang kayak bosan banget bawain lagu ini gitu. Selalu fresh," papar Qibil.

"Walaupun kita sudah 19 tahun, masih ada aja orang-orang yang baru pertama kali nonton The Changcuters. Jadi untuk pemilihan repertoar itu harus kasih lagu-lagu hits buat orang awam juga. Tapi, kayak lagu Gila-gilaan misalnya, versinya aja ada 3-4, lagu lain juga punya versi lain. Walaupun suka berubah, lihat situasi di venue, lihat siapa yang main sebelum dan sesudah, penontonnya kayak bagaimana. Teknisi kita sampai nggak berani untuk menentukan lagu apa gitu urutannya," lanjutnya.

"Kejenuhan itu bukan muncul ketika kita manggung sebenarnya, manggung malah menghilangkan kejenuhan. Jenuh tuh pas perjalanan, bangun Subuh, malam baru kelar, jenuhnya di situ," timpal Erick.

Lantas, bagaimana jika Tria, Qibil, Dipa, Alda dan Erick ingin mengenalkan atau membawakan lagu-lagu kurang populer?

"Nah itu, kadang kalau kita pengen bawain, kita juga udah lupa. Jadi, nggak dibawain," celetuk Dipa sembari tertawa.




(mif/dar)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork