7 Tahun Elephant Kind, Dari Tugas Akhir hingga Band Tanpa Batas Genre

Main Stage

7 Tahun Elephant Kind, Dari Tugas Akhir hingga Band Tanpa Batas Genre

Dyah Paramita Saraswati - detikHot
Kamis, 01 Jul 2021 15:27 WIB
Elephant Kind_Profil_Main Stage Detikcom
Foto: Rafida Fauzia
Jakarta -

Tahun ini, Elephant Kind menginjak usia ke-7. Band yang kini berformasikan Bam Mastro (vokal, gitar), Bayu Adisapoetra (drum), dan Kevin Septanto (bas) itu sebelumnya telah melewati perjalanan yang tak terbilang muda.

Elephant Kind sebelumnya adalah proyek musik yang dibentuk Bam Mastro untuk menyelesaikan studi musiknya di Western Australian Academy of Performing Arts (WAAPA). Sedari kecil, Bam Mastro memang telah memiliki keinginan untuk berkecimpung di dunia seni.

"Pas gue kecil gue tahu arah hidup gue akan kemana, gue berangkat dari breakdancer, gue belajar untuk jadi penyanyi dan belajar untuk nge-produce musik sendiri," kata Bam dalam wawancara dengan detikcom, baru-baru ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena keinginannya itu, saat berkuliah di Australia, Bam Mastro mengambil gelar ganda, ia mempelajari jurnalistik dan musik. Namun, ia kemudian memilih untuk fokus pada mempelajari musik. Sebagai upayanya untuk lulus di jurusan musik, Bam pun membentuk Elephant Kind.

Tanpa ia sangka, band itu justru berjalan hingga saat ini. "Gue buat project Elephant Kind untuk selesaikan kuliah doang. Ternyata nggak cuman buat selesein kuliah doang, ternyata visi dan misi yang gue tulis berjalan sampai saat ini, dimana ada band yang nggak berpatok pada satu genre tapi melakukan apapun yang disuka dan jadi karya," tutur Bam.

ADVERTISEMENT

Kembali ke Jakarta dan Bertemu Bayu

Selepas merampungkan studinya, Bam Mastro kembali ke Indonesia. Di Jakarta, dia bertemu dengan Bayu Adisapoetra, John Paul Patton atau Coki, dan Dewa Pratama. Mereka kemudian bermusik bersama dan menjadi band yang membantu kakak Bam Mastro, Ratih Suryahutamy atau Neonomora yang telah lebih dulu terjun ke industri musik.

Suatu hari, ketika Bam Mastro dan Bayu tengah menyantap makan malam bersama, Bayu bertanya pada Bam mengapa ia tidak membuat band di Indonesia. Bam Mastro pun kemudian mengingat Elephant Kind, proyek musik yang dibuatnya di Negeri Kanguru untuk kelulusannya.

"Bayu nanyain, 'Lo nggak mau ngeband lagi?'. Ya sudah deh yang ada saja. Karena sudah ada lagunya, ada 15-20 lagu, kenapa nggak dijadiin aja? Ya sudah kami lanjut aja jalan. Kayaknya nggak sesulit itu, sudah ada jalannya aja," kenang Bam Mastro.

Bayu bercerita, saat awal Elephant Kind terbentuk, jalan seolah terasa mudah bagi mereka. Tiga bulan berlatih, Elephant Kind akhirnya mendapat panggung pertama pada Juni 2014, tepat tujuh tahun lalu.

Meski awalnya terasa mudah, rupanya ada beberapa fase yang harus dilalui oleh Elephant Kind. Termasuk pergantian personel dengan hengkangnya Coki dan Dewa. Tetapi, bagi Bayu, hal itu pada akhirnya tidak menjadi masalah berarti.

Dengan masuknya Kevin Septanto sebagai pemain bas, Dewa merasa Elephant Kind saat ini sedang memiliki formasi paling solid.

Elephant Kind_Main Stage DetikcomElephant Kind di Main Stage detikcom Foto: Rafida Fauzia

"Karena beneran spontaneous aja, lagi makan, (tanya ke Bam) 'Lo nggak mau bikin band?' Ya sudah yuk bikin band lagi, waktu itu masih ada Coki sama Dewa, yang kebetulan kami berempat main buat kakaknya Bam, Neonomora. Akhirnya ya sudah lanjut saja, si Bam sudah ada materi, nggak lama dia kirimin demo-demonya," kisah Bayu.

"Selama tiga bulan dari maret sampai Juni kami latihan-latihan saja. Gue baru inget Juni ini tujuh tahun. Coki sama Dewa cabut, akhirnya Kevin masuk dan menurut geu formasi yang sudah paling solid lah sampai sekarang," sambung Bayu.

Masuknya Kevin Septanto

Menyusul hengkangnya Coki dan Dewa dari Elephant Kind, Bayu dan Bam juga memutuskan untuk keluar dari label rekaman yang menaungi mereka dalam penggarapan album City J. Mereka membentuk manajemen secara mandiri dan mencoba menambal kekosongan formasi dengan pemain tambahan (additional player).

Kebetulan, saat itu Kevin Septanto bekerja di label rekaman yang menaungi Elephant Kind hingga City J itu. Di sana lah mereka berkenalan. Kevin pun ditawari untuk menjadi pemain bas tambahan.

Ketika ditawari hal itu, Kevin sebenarnya bisa dibilang bermodalkan nekad. Dirinya belum pernah menjadi pemain bas meskipun memiliki kemampuan bermain gitar sebagai dasar.

"Awalnya gue tuh bekerja di record label yang menaungi Elephant Kind saat itu, jadi gue menemani mereka lagi manggung. On daily basis lah as a band. Pas Coki ada band sendiri, Dewa lengser juga, banyak yang punya jalan masing-masing lah. Bam sama Bayu nanya, lo mau nggak jadi additional. Gue sebenarnya nggak main bas, punya bas karena jadi additional-nya Elephant Kind tapi gue ada basic main gitar, oke deh dicoba, latihan-latihan, karena sambil menunggu formasi yang lengkap juga gue akhirnya nemenin mereka melulu," cerita Kevin.

Elephant Kind_Profil_Main Stage DetikcomKevin Septanto. Foto: Rafida Fauzia

Satu tahun menemani Elephant Kind sebagai pemain bas, Bayu dan Bam akhirnya mengajak Kevin bergabung. Saat itu, kebetulan band tersebut tengah merintis manajemen mereka secara mandiri. Ide merekrut Kevin muncul karena bagi Bam dan Bayu, bergonta-ganti pemain tambahan dan harus menyesuaikan diri dengan pemusik di luar band akan sangat menyita waktu.

"Kami keluarin city J (di) 2016, akhir tahun, pada saat itu di akhir 2016 kami cabut dari label dan manajemen. Di 2017, kami bikin manajemen sendiri. Kalau kita harus ganti-ganti lagi, itu kan cycle yang time consuming," ujar Bayu.

Gayung bersambut, ketika ditawari Bam dan Bayu, Kevin pun menerima tawaran itu. "Kami punya visi dan misi yang sama, ambisi gedein Elephant Kind juga sama," kata Kevin mengutarakan alasannya bersedia bergabung.

"Mau dengan senang hati lah, gue sudah tahu mereka, kami juga setiap hari ketemu di kantor dulu," lanjut Kevin.

The Greatest Ever (2019) menjadi album yang menandai bergabungnya Kevin dalam band. Kini, Elephant Kind tengah mempersiapkan album terbaru berjudul Superblue. Sebelumnya, mereka merilis single Modern Romance Dreaming (Lonely) sebagai pembuka.




(srs/dar)

Hide Ads