Menurutnya, lagu pertama haruslah menjadi pembuka bagi karya-karya selanjutnya.
"Diciptakannya (lagu 'Cinta 99 Persen') lagi workshop memang. Lagi cari-cari, aduh lagu apa nih yang buat single pertama. Karena sebenarnya sudah ada, tapi aku ngerasa ini (lagu sebelumnya) kurang nih kalau buat jadi opening, buat jadi pembuka," ceritanya saat bertandang ke kantor detikHOT, Jalan Kapten Tendean, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi aku akhirnya bikin lagi aja lah. Bikin lagi dengan niat dan statement mindset-nya dengan lagu opening. Jadi ya ketemulah lagu 'Cinta 99 Persen' ini," sambungnya.
Bila kebanyakan penyanyi merilis single pertama karena dianggap paling mewakili semua lagu-lagu hingga album yang akan keluar setelahnya, Dea justru memilih hal lain.
Menurutnya, lagu-lagu selanjutnya yang akan ia rilis akan berbeda dengan 'Cinta 99 Persen'. Yang ia garis bawahi adalah lagu ini menggambarkan bagaimana musiknya akan proses.
Dari segi nada dalam lagu tersebut, contohnya. Dea mengaku berusaha menjadikan lagu ini sebagai lagu dengan nada yang minimalis agar pesan yang ingin ia utarakan bisa tersampaikan kepada pendengar dengan baik.
Selain karena ingin pesannya sampai, Dea pun ingin single-nya itu bisa didengarkan kapan saja. Itu pula sebabnya mengapa Dea mengganti bunyi trumpet dengan flute pada lagunya. Menurutnya, bunyi trumpet justru membuat lagunya tidak mudah didengar.
"Yang udah pernah dengerin lagunya, itu ada bunyi instrumen flute, itu tadinya trumpet. Pas Mas Ari Aru (Ari Renaldi) bikin, aku nggak mau, karena menurut aku esensinya kurang. karena aku mau musiknya sehalus mungkin, seminimaslis mungkin, sedatar mungkin. Aku ingin musiknya terus aja, kan bagus ya, ringan aja, jadi itu bs didengerin pagi, siang , sore, sama malam," ungkapnya.
"Dan lebih ke enteng aja. Jadi ibaratnya, mau nunjukin kalau ini masih berjalan. Balik kenapa pemilihan instrumennya, suasananya itu, menjelaskan kalau tema lagunya berproses," tuturnya. (dar/dar)