'No One Can Stop Us', Hasil Meditasi Si Perfeksionis Dipha Barus

Main Stage

'No One Can Stop Us', Hasil Meditasi Si Perfeksionis Dipha Barus

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Rabu, 04 Mei 2016 17:01 WIB
Foto: dok. Dipha Barus
Jakarta -

Menyebut nama Dipha Barus, sebagian orang sepakat dia adalah Disc Jockey (DJ). Sebagian besar lagi percaya bahwa dia adalah musisi belakang layar.

Kiprah Dipha Barus sebagai DJ, setidaknya 3-4 tahun terakhir sudah tidak diragukan. Walaupun sebelumnya, nama Dipha Barus juga akrab di telinga sebagai bassis band Agrikulture. Tapi, soal Dipha Barus sebagai musisi di belakang layar, mungkin belum semua tahu.

Sudah bertahun-tahun lamanya, Dipha Kresna Aditya Barus aktif sebagai jingle maker di banyak iklan teleivisi. Di sela-sela kesibukannya itu, dia juga membantu sejumlah musisi menggarap karya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Gue membantu Afgan, produce Titi DJ juga. Sekarang-sekarang ini lagi punya deadline untuk album baru Rinni Wulandari dan Teza Sumendra. Baru-baru ini gue kepikiran untuk punya karya sendiri," jelas Dipha kepada detikHOT saat berbicara beberapa waktu lalu.

Itu kenapa, baru di 2014 Dipha berpikir untuk mengerjakan lagunya sendiri. Hingga, 17 Maret 2016, lahirlah debut single-nya yang diberi judul 'No One Can Stop Us'.

"Saat itu, EDM (Electronic Dance Music) waves, big room house lagi ramai banget. Tapi, gue nggak pengen bikin lagu kaya gitu. Ditambah jadwal off air yang hampir tiap hari, jadinya sedikit tertunda. Akhirnya setelah gue putuskan mau bikin single, gue liburan dulu sepanjang dua tahun itu ke Sumatra, Kalimantan, meditasi di Ubud (Bali)," cerita DJ berdarah Batak itu.

"Hasilnya, gue mau bikin yang Indonesia banget. Gue mau angkat budaya manusia Indonesia yang 'gemah ripah loh jinawi' itu ke dalam lagu yang universal. Makanya ada sample Tari Saman, Aceh dan irama musik Padang, tapi liriknya bahasa Inggris," sambungnya lagi.

'No One Can Stop Us' bukan hasil pribadi Dipha Barus. Ada bantuan dari penyanyi Kalulla sebagai vokal utamanya, serta sebuah studio musik di London, Inggris. Tapi kenapa begitu lama hingga dua tahun?

"Gue awalnya nggak pede untuk rilis lagu sendiri. Kalau teman-teman musisi bilangnya gue perfeksionis," celetuknya sambil tertawa.

"Dua tahun itu gue belajar bagaimana cara menyampaikan personal message di dalam karya tanpa terlihat sok idealis. Gue mau, 'No One Can Stop Us' ini bukan cuma lagu, tapi juga campaign. Lagunya spreading good vibes. Gue mau bilang, just do it, tanpa harus takut apa bisa diterima orang atau tidak," pungkasnya yakin.


(mif/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads