Proton Records dan Namora Records, itulah dua perusahaan rekaman yang didirikan bersama temannya di Yogyakarta belasan tahun silam. Dan, tahukah kalian, bahwa trio punk bernama Endank Soekamti adalah produk pertama Pongki Barata?
"Awalnya itu nggak sengaja. Saya bersama beberapa teman membantu produksi album pertama Endank Soekamti ('Kelas 1') tahun 2003. Di tengah jalan, investor utamanya cabut. Jadilah saya sebagai salah satu pemodal di situ ambil alih dan sekalian kita bentuk Proton Records," kenangnya saat berbincang kepada detikHOT beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya, saya harus jual mobil. Tapi, untunglah Endank Soekamti memberi Proton profit," sambungnya. Sayang, karena perbedaan paham dengan partnernya, Pongki memutuskan keluar dan membiarkan Proton Records diambil alih orang lain.
Tidak kapok dengan itu, pelantun 'Aku Milikmu (Malam Ini)' itu membangun lagi perusahaan rekamannya yang ke-2, Namora Records. Solois cantik Lea Simanjuntak menjadi 'kelinci percobaan' pertama. Hasilnya, album berjudul 'Bangun'. Tapi, lagi-lagi perusahaan itu harus bubar kala memasuki babak selanjutnya.
"Waktu buat Namora, tujuan saya buat itu untuk belajar menjadi Eksekutif Produser. Saya belajar dari hulu sampai ke hilir. Meeting dari nol sampai CD itu di toko, saya belajar itu semua. Kenapa? Karena nggak ada yang mau ngajarin saya," ujarnya sedikit kesal.
"Saya kenal sama Sony Music, tapi nggak mungkin saya diterima jadi pegawai mereka. Nggak mungkin mereka ngasih tahu rahasia dapurnya. Ya memang, mungkin jodoh saya bukan menjadi bos perusahaan rekaman kali ya," lanjutnya.
Kegelisahannya terhadap penjualan karya musik dan rencananya untuk melanglang buana ke panggung musik internasional juga terlontar dari Pongki Barata. Benarkah itu akan terjadi? Simak terus di detikHOT seharian penuh!
(hap/mmu)











































