Twenty Five Twenty One berakhir dengan dua pandangan berbeda. Ada yang puas, tetapi ada juga yang merasa dikecewakan. Padahal jika dilihat dari awal, fokus Twenty Five Twenty One bukan cuma soal cinta-cintaan.
Tim K-talk pun membahas soal akhir kisah Baek Yi Jin dan Na Hee Do di Twenty Five Twenty One. Inti dari cerita ini adalah terjebak dengan nostalgia di masa lalu yang diceritakan apik lewat akting pemerannya yang luar biasa.
Nam Joo Hyuk dan Kim Tae Ri menunjukkan chemistry yang luar biasa. Begitu juga dengan para aktor lain yang menjadi sahabat mereka seperti Bona hingga Choi Hyun Wook. Di awal-awal episode mungkin para penonton membaca alur drama sebagai slice of life biasa yang berfokus pada percintaan anak muda.
Baca juga: K-Talk: Seru-seruan Main Game Bareng Taeyeon |
Namun menurut tim K-Talk, fokus utama pada Twenty Five Twenty One adalah kehidupan Hee Do saat masih muda. Hal tersebut didefinisikan dari kecintaannya terhadap anggar, hubungannya dengan sang ibunda dan teman-temannya, juga bagaimana ia bertahan dengan segala tekanan yang ia alami sebagai atlet anggar dan kehidupannya sebagai remaja biasa.
Di situlah peran Baek Yi Jin muncul sebagai dukungan tambahan. Yang di mana hubungan mereka berawal dari simbiosis mutualisme, sebelum berlanjut menjadi asmara.
Intinya adalah masa muda. Dan hal ini membuat Twenty Five Twenty One menjadi drama Korea yang sangat realistis.
Apalagi jika membicarakan soal akhirnya, seharusnya kita bisa melihat kembali ke ide utama penjudulan Twenty Five Twenty One. Dikutip dari berbagai sumber, judul tersebut terinspirasi dari lagu Twenty Five Twenty One milik Jaurim, tentang kenangan masa muda yang tidak berakhir indah.
Tim K-Talk merasa ide penceritaan drama ini sangat realistis. Apalagi penayangan Twenty Five Twenty One dibarengi dengan sejumlah drama lain seperti Business Proposal, yang menawarkan kisah cinta penuh fantasi.
Jika di awal-awal episode para penonton ditunjukkan dengan kisah asam-manis masa muda, mendekati akhir, Twenty Five Twenty One menyuguhkan percintaan orang dewasa yang mungkin banyak dialami oleh penontonnya juga. Karena tidak semua cinta monyet berakhir bersama sampai tua.
Dan soal perdebatan sosok ayah Minchae? Sang sutradara dan penulis seakan ingin menunjukkan bahwa bukan hal itu yang seharusnya menjadi fokus para penonton. Karena, kembali lagi, Twenty Five Twenty One membangun nostalgia di masa lalu dan berharap para penontonnya bisa ikut merasakan hal yang sama setelah menonton drama ini.
Nah, seperti apa ulasan lengkapnya? Simak di K-Talk episode hari ini.
(dal/dar)