'Brothers': Antara Aku, Kau dan Istriku

'Brothers': Antara Aku, Kau dan Istriku

- detikHot
Rabu, 02 Jun 2010 12:08 WIB
Jakarta - "Apakah kau tidur dengan istriku? Berterus teranglah. Aku pasti bisa memaafkanmu." (Sam kepada adiknya, Tommy)

Film yang baik seharusnya mampu memperlihatkan daya sihirnya untuk menggiring penonton terlibat dan bahkan bereaksi secara emosional. Penonton bisa memproyeksikan dirinya dan bahkan mengidentifikasi dirinya dengan para karakter, atau minimal merasakan emosi para tokoh rekaan itu.

Pendek kata, film mendayakan dirinya untuk mentransfer emosi karakter hingga bisa dirasakan pemirsa secara nyata. Dan "Brothers" karya sutradara Irlandia Jim Sheridan adalah salah satunya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama 110 menit, penonton akan dipaksa masuk ke dalam situasi gejolak yang dialami Kapten Sam Cahill (Tobey Maguire), istrinya Grace (Natalie Portman), adiknya Tommy (Jake Gyllenhaal), dua putrinya (Isabelle dan Maggie) serta ayah ibunya.

Adalah Sam, seorang ayah dan suami yang baik, tentara teladan, dan menjadi panutan keluarga besar.  Dia ditugaskan ke Afghanistan sesaat setelah Tommy, adiknya yang berandalan, keluar dari penjara karena dibebaskan bersyarat sehubungan dengan tindakan perampokan.

Tommy berbeda sekali dengan abangnya. Ia biang kerok, tidak peduli dengan orang lain, bertindak seenaknya dan tidak tahu tata krama. Sang ayah (dimainkan dengan bagus oleh Sam Shepherd) selalu memojokkan Tommy seraya membandingkan dengan pencapaian Sam. Grace serta anak mereka, juga tidak terlalu suka pada Tommy.

Suatu saat, helikopter Sam terjatuh dan dia dinyatakan gugur. Sejak itu, secara berangsur, Tommy menjaga keluarga Sam, bahkan menggantikan peran ayah terhadap Isabelle dan Maggie. Lalu hubungannya dengan Grace pun menjadi aneh.

Namun ternyata, Sam tidak wafat, tapi ditahan oleh gerilyawan Afghanistan. Di sana, dia dipaksa berbuat sesuatu yang mengingkari hati nuraninya, hal yang membuatnya trauma dan merasa bersalah dan kemudian berdampak pada perilakunya yang eksplosif.

Maka, pengembangan karakter pun terjadi. Sam yang protagonis dan ramah berubah menjadi antagonis, yang bahkan anak-anaknya pun membencinya. Sebaliknya, Tommy yang tadinya menyebalkan membuat penonton dan keluarga Cahill menaruh simpati atas perubahan akhlaknya.

Puncaknya adalah saat Sam curiga dan semakin yakin bahwa Tommy telah meniduri istrinya, tanpa ada bukti dan saksi yang kuat. Dan emosi penonton pun terhanyut oleh film hasil daur ulang dari Brodre (Susanne Bier) asal Denmark.

Setiap adegan, setiap kecanggungan, kepedihan, keraguan,kegeraman, kegembiraan betul-betul dirasakan. Penonton ikut merasakan apa-apa yang ada di dalam hati dan pikiran tokoh-tokohnya.

Lagu-lagu dari U2, dari "Bad" hingga "Winter", pun ikut menguatkan hal ini. Akting ketiga tokoh utamanya begitu mempesona. Sisi tergelap Maguire di layar lebar hadir di sini. Bahkan kedua aktris cilik bermain ciamik.

Walau film ini adalah film anti-perang mengkritik keras invasi Amerika ke Afghanistan, dan bagaimana perang bisa mengubah perilaku seseorang dan berdampak traumatis berkepanjangan, tapi sebenarnya ada pesan lain: nilai keluarga dan dinamikanya. Misalnya, bagaimana hubungan antara abang-adik-ayah?

Sheridan menganalogikannya dengan kisah Habil, Qabil, dan Adam. Atau penghancuran nilai-nilai kemanusiaan pada diri individu. Atau bagaimana sulitnya memaafkan diri sendiri dari rasa bersalah.

Jika kita pernah menonton karya Sheridan lainnya, seperti 'In America' atau 'In the Name of the Father', kita bisa menebak atmosfir apa yang menyelimuti film ini. Film ini juga  dinominasikan Golden Globe untuk Lagu Orisinal lewat 'Winter' yang dinyanyikan U2  dan aktor Tobey Maguire.
(iy/iy)

Hide Ads