Canggu: Budaya, Pesta dan Toxic Jakarta

Pergaulan

Canggu: Budaya, Pesta dan Toxic Jakarta

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Rabu, 23 Nov 2022 07:50 WIB
Jakarta -

Adat, tradisi dan budaya, sudah pasti menjadi salah satu alasan utama Bali menjelma menjadi salah satu destinasi wisata paling populer di dunia. Mataharinya yang tropis, ombak di sepanjang pesisir pantai, tarian, pakaian sampai aroma dupa yang mewangi di sepanjang sudut kota.

Akan tetapi, naif jadinya jika kemudian melupakan gempitanya lantai dansa di malam-malam pesta. Berbagai tempat hiburan tumbuh setiap waktunya menawarkan berbagai pengalaman bagi penikmatnya. Sudah dibahas juga sebelumnya, bagaimana pergerakannya yang seperti menyeluruh sepanjang pesisir pantai, Kuta, Legian, Seminyak, Berawa dan kini ombak pergaulan sedang bagus-bagusnya di Canggu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budaya dan pesta kemudian hidup berdampingan seperti siang dan malam, panas dan hujan. Rasanya, tidak di semua daerah bisa begitu, di mana elemen itu justru saling menguatkan, walau kadang sedikit bersenggolan.

ADVERTISEMENT

Mantis Tempat Gaul dan Party anak Canggu BaliMantis Tempat Nongkrong di Canggu Bali Foto: Rachman_punyaFOTO

Lima narasumber detikHOT, yang sebelumnya berbicara mengenai pergeseran wilayah pesta di Bali, juga diminta keterangan terkait hal tersebut. Bukan tanpa alasan, karena mereka adalah orang yang sehari-hari terlibat langsung. Binar Abiyasa Namoy Budaya), seorang music selector. Rama, seniman rupa yang dikenal dengan nama Suttasoma. Adi Yukey, pengusaha sekaligus wajah pergaulan Canggu. Serta dua putra daerah Bali, Gilang, pendiri kelompok kolektif PNNY dan Andre Yoga, seorang seniman lukis.

Gilang 'PNNY' membuka lebih dulu dengan pendapatnya. Menurut dia, sebagai anak muda asli Bali, memang sejak awal, berdampingannya tradisi dan party inilah yang kemudian membuat Bali menjadi sangat menarik.

"Menurut aku, orang lokal Bali itu sangat terbuka, tidak hanya kepada orang, tapi juga secara kultural. Mereka dapat dengan sangat baik mengajak orang untuk menunjukkan itu, mengajari. Anak-anak muda nggak lupa dengan akarnya, tapi mereka bisa menyambut wisatawan dengan tangan terbuka dan itu membuat Bali jadi super attractive. Tapi ya dari sekian banyak orang masuk ke Bali pasti ada trash tourist, pasti dari one of a hundred people ada yang resek, nggak mau ngikutin culture kita."

Menurut Binar, budaya Bali yang didominasi mayoritas pemeluk agama Hindu, konsep keseimbangan dalam hidup di dunia memang sudah menjadi prinsip.

BinarBinar Foto: dok detikcom

"Banyak di pura-pura kain bermotif seperti checkerboard di pohon kan melambangkan ya dunia itu ada hitam dan putih, jadi seimbang. Mereka berdoa tiap hari dan juga party bisa tiap hari."

"Memang itu juga yang bikin salut dan kagum tentang Bali. Dengan banyaknya budaya luar masuk, tapi mereka tetap kuat juga budaya aslinya, nggak terkikis dan mereka pride atas itu. Misalnya, mereka dengan bangga masih terus menggunakan logat dan bahasa Bali, mereka solid akan itu. Sedangkan di daerah lain belum tentu, kampung gue di Lampung aja agak sulit."

Sebagai anak muda yang lahir, berkarya dan bergaul di Bali, Andre Yoga merasa hal yang membuat ada budaya tidak serta-merta luntur karena kuatnya sistem kekeluargaan di banjar. Banjar sendiri berarti kelompok masyarakat di satu wilayah desa yang bertugas mengurusi berbagai kebutuhan administratif dan adat di desa tersebut. Mungkin jika disederhanakan seperti Rukun Warga (RW), tapi dengan tugas yang implementasi yang lebih terasa karena didasari oleh adat.

Pelukis Andre Yoga asal Bali yang juga menampilkan karyanya soal kegundahan terhadap Bali serta kehidupannya.Pelukis Andre Yoga asal Bali yang juga menampilkan karyanya tentang kegundahan terhadap Bali serta kehidupannya. Foto: Rachman_punyaFOTO

"Menurut aku kalo asli Bali mereka masih ada sistem banjar, masih ada sistem kayak kalau nggak kumpul ke banjar tuh kayak didiemin gitu. Jadi memang ada kegiatan banjar yang kita harus dateng gitu. Jadi, lingkungannya membantu kita untuk tetap patuh dan solid satu sama lain.

"Terus di keluarga juga ada setiap hari misalnya kami masih ada Mebanten, sembahyang di pagi hari. Akhirnya, pengaruh dari luar itu nggak dengan mudahnya bisa mengubah kami di sini. Kayak misalnya kami tiba-tiba mau jadi turis gitu, nggak bisa."

Selanjutnya tentang pesta dan budaya yang berdampingan

Bicara soal berdampingannya budaya dan pesta, sedikit banyak juga menyerempet kepada pengaruh dari luar yang bisa jadi memberi pengaruh. Bukan hanya kepada budayanya, tapi juga geliat pestanya. Karena, konon katanya, Jakarta punya pengaruh buruk terhadap ombak pergaulan yang kini bergulir. Benarkah demikian?

"Aku pikir itu di antara sesama orang Jakarta aja kali ya. Maksud aku, you guys are always welcome, like we're one. There is no between Jakarta or Bali, Bali or Jakarta, it doesn't exist in us as Bali people. But, just don't bring your bad blood to Bali, if you have a problem in Jakarta stay in Jakarta, if you wanna come to Bali, you are welcome, but that's about it. Soalnya menurut aku Bali is a very community base, sangat komunal and almost everyone is family. So if you come to Bali, you're part of the family, but whatever you have behind in Jakarta, leave it in Jakarta," ujar Gilang 'PNNY'.

PNNYPNNY Foto: dok detikcom

"Canggu dan Jakarta kayaknya saling memberikan pengaruh. Tapi kalau dibilang Jakarta menjadi toxic, kayaknya jangan sedangkan itu berpikirnya. Justru sangat menyenangkan bisa berteman sama mereka-mereka itu. Aku bisa sangat terinspirasi lah ibaratnya. Selain itu, ya mereka di Bali kan liburan, pasti kondisi psikologisnya pengen senang-senang, cari pengalaman baru di tempat yang baru. Simpel aja," Andrea Yoga menambahkan.

"Nggak lah, itu kan omong kosong doang. Sebenarnya yang bikin Canggu ramai ya orang-orang dari luar, orang-orang Jakarta juga. Maksudnya, anak-anak Jakarta yang kaya WFB (Work from Bali) gitu, banyak yang bikin usaha juga di sini, membantu kan," timpal Adi Yukey yang sudah selama 12 tahun ini menetap di Bali.

Bagi Binar, dia tidak memungkiri memang secara tak tertulis, semacam ada kedekatan emosional antara Canggu dan Jakarta, khususnya Jakarta Selatan. Namun, dia pun membantah apabila Jaksel, meracuni Canggu maupun Bali.


"Kan ada petanya gitu kan Canggu-Jaksel itu deketan jaraknya. Sering juga sih ngeliat misalnya ada party di mana isinya familiar faces. Tapi, kalau dibilang meracuni gue nggak setuju, mungkin memengaruhi. Tapi lagi, kacamatanya bukan kompetitor sih, malah kolaborator. Teman dari luar punya apa, kita bisa upgrade skill, bisa kolaborasi dalam bisnis. Bali kan tanah surga, jadi bisa apa saja," pungkas Binar.

Boscang Adiyuka (@catchmeifyukey) anak gaul dan Party di sekitar Canggu, Bali.Boscang Adi yukey (@catchmeifyukey) Foto: Rachman_punyaFOTO

Hide Ads