Jakarta -
Ombak pesisir pantai Bali tak hanya membawa gelombang bagi para peselancar, tapi juga mereka pegiat pesta. Peradabannya terus tumbuh, Kuta, Legian, Seminyak hingga Canggu, mengikuti riak air laut, yang gemerciknya terasa sampai ke lantai dansa.
Candu berjoget di Canggu terjadi setiap hari, Senin sampai Senin lagi. Berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Layaknya roster, sudah ada jadwal khusus pada masing-masing hari, di mana tempat paling hits sedang menggelar pesta.
Senin, semua berkumpul ke Luigi's Hot Pizza untuk merayakan Metto Monday. Rabu dan Kamis bergantian antara Behind the Green Door dan Da Maria. Sedangkan Jumat, biasanya ramai di The Vault. Sabtu-Minggu, pembagian 'kue' pesta dirasakan oleh semua tempat. Jadwal ini bisa disetujui, bisa juga tidak, toh tidak ada kewajiban. Tapi yang pasti, di sanalah para pentolan berkumpul.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luigis Hot Pizza Canggu Bali saat Metto Monday yang berubah jadi tempat party Foto: Rachman_punyaFOTO |
Adi Yukey, seorang pengusaha f&b yang kemudian mendapatkan gelar terhormat, Duta Pergaulan Canggu menyatakan, Canggu party setiap hari. "Setiap hari party, from Monday to Monday," katanya ketika detikHOT bertamu ke Bali.
Di sebuah sore, sembari santai menikmati cocktails, perantau asal Sumatera yang sudah 12 tahun menetap itu menebalkan cerita narasumber pada tulisan sebelumnya terkait pergeseran wilayah pesta di Bali.
"Awal-awal gue pindah ke Bali sih masih Kuta, Seminyak paling mentok situ. Daerah Petitenget, Batu Belig, daerah Canggu sih masih hutan semua. Terus sekitar 2010-an baru beberapa kayak Deus itu buka di Canggu. Masih sawah-sawah semua sih Canggu, masih sepi. Ya bisa dibilang hari ini Canggu adalah pusat. Sekarang semua ke Canggu, tempat-tempat lain nggak seramai di sini. Padahal Bali itu luas kan. Bali itu punya Karang Asem, punya Lovina, punya Barat Bali, Tapi semua ke Canggu."
"Ditambah lagi, Canggu soalnya kecil ya kan. Canggu itu desa, bahkan nggak sebesar Jakarta Selatan. Terus lo mau ke mana-mana juga deket."
Nama Deus atau Deus Ex Machina selalu disebut oleh seluruh narasumber sebagai jangkar pertama pergaulan di Canggu. Bagi yang tidak tahu, Deus sendiri merupakan bengkel motor custom asal Australia, yang kemudian berkembang ke fashion dan f&b. Deus Canggu sendiri berdiri sejak 2010.
Boscang Adi Yukey (@catchmeifyukey). Foto: Rachman_punyaFOTO |
Selanjutnya tentang Deus sang pelopor
Gilang, seorang DJ sekaligus pendiri kelompok musik kolektif paling populer di Bali, PNNY, pun menyebutkan nama Deus.
"Tempat yang pertama kali buka setahu aku ya Deus, nah mulai pindah ke Canggu. Dulu kalau mereka acaranya hari Minggu. Kalau ke Deus itu kayaknya jauh banget, it's like going from Seminyak to Uluwatu, padahal cuman di situ sekarang. Deus buka, semua shifting ke sana, semua orang pindah ke Canggu, mungkin around 2015-2016, so many club opening. Deus, Old Man's dan The Lawn, itu kayaknya the first three bar/club was happening at that time," papar Gilang.
Bersama dengan Gilang, detikHOT ingin sedikit bernostalgia bagaimana perjalanan perpindahan itu, terutama yang dirasakannya langsung. Mengingat, Gilang murni putra daerah, dengan popularitas yang diakui para penikmat pesta.
PNNY Foto: dok detikcom |
"Jadi dulu waktu aku pertama kali keluar, SMP gitu ya Double Six, yang masukin ibunya Alex (PNNY). Habis itu ada kelab namanya Embargo di Legian, di sana it was a run about good three years i think, setelah itu mulai shifting to Seminyak. Mamsa yang punya Jenja, buka kelab namanya Mint, sekarang jadi Red Ruby. I think it was the first club in Seminyak, di sampingPotato Head, buka itu mulai shifting ke sana semua. Double Six tutup, eranya mulai ke Seminyak. I think it was around 2014 atau 2015."
"The Straw Hut buka, nah ini jadi tempat pre-drinks anak-anak dari sekolah internasional. Karena ada band sambil dinner, selesai baru pindah tempat cari DJ. Terus Mamsa buka Jenja, semua berpindah ke Jenja. Barengan sama itu, orang-orang shifting ke Canggu. Tapi, Legian, Seminyak juga masih solid. La Favela, Jenja, The Straw Hut, terus Mexicola, nah itu waktu really strong in that area. Abis itu 2-3 tahun setelahnya, Deus pop in, semuanya langsung ke Canggu. Tapi Canggu cepet banget, tiba-tiba like everybody just shifted to Canggu."
Mantis tempat nongkrong di Canggu Foto: Rachman_punyaFOTO |
Sebelum sampai kepada para narasumber, detikHOT menyempatkan untuk berkeliling pada malam hari, sekitar jam 22.00 WITA, ke area Kuta dan Legian. Tidak bisa dibilang kosong, tapi memang tak berisik seperti biasanya ketika Sky Garden dan Gang Poppies di puncak kejayaan. Jalanan Kuta yang penuh nostalgia pada era 2000-an juga tak terasa lagi. Sedangkan, di hari yang lain, tapi sekitar jam yang sama, detikHOT melihat area Seminyak dan Petitenget, masih punya daya magnet yang kuat.
"Sekarang memang crowd di sana agak older. Sudah beda," timpal Gilang.
"Kalau ditanya kenapa, ya mungkin karena orang-orang pasti datang ke tempat yang happening kan. Kaya Poppies, Legian, itu sudah lewat masanya, jadinya sekarang ya ditinggalin. Mungkin pun masih ada tapi sepertinya sudah bakalan drop. Tamunya juga udah beda, entah dari mana. Kalau di sini (Canggu) kan kita masih kenal, ini siapa-siapa. Kalau di sana (Kuta, Legian) udah nggak tahu lagi, udah beda aja," Yukey menyetujui.