Seperti yang sudah tertulis pada artikel sebelumnya, thrifting berkembang dari penebusan keinginan di masa lalu, kebutuhan sampai akhirnya menjadi komoditas dan tren. Tentu saja, dari segi harga turut mengalami berkembang.
Terjadi gelembung harga yang luar biasa dari tahun ke tahun bursa pasar thrifting. Para penikmat yang membeli langsung di pasar, maupun para penjual di media sosial. Angkanya fantastis hingga puluhan juta Rupiah dan itu pun masih tetap diburu.
Reiner Mayas yang mewakili Stussy Tribe Indonesia mengatakan, jika dulu dengan modal Rp100.000 bisa mendapatkan tiga t-shirt, saat ini bahkan tidak dapat membeli satu pun. Kalau sekarang kan 1 kaos Stussy mungkin ya paling murah Rp150.000. Itu paling ukuran S, kalo size-nya XL nggak mungkin mereka lepas dengan harga segitu, kecuali udah gombel (jelek) banget ya," ungkap Reiner.
Sebab telah mengklaim sebagai penikmat thrifting sejak awal tahun 2000, tentu sah jika detikHOT menanyakan bagaimana koleksi barang pria kelahiran 1981 itu. Mana yang paling istimewa dan dibanderol mahal?
"Stussy yang J Dilla. Dia rapper dibikinin kaos sama Stussy, terus orangnya meninggal, sekarang mungkin Rp5 Juta - Rp7 Juta orang merem kalau kualitasnya bagus. Sekarang ada Supreme kolaborasi ya sama Louis Vuitton, tapi di 2001, Supreme itu pernah rip-off LV di boks logonya itu, terus disomasi sama LV, 'tarik nggak dari toko lo, kalau nggak, gue akan bikin legal action', akhirnya ditarik. Kebetulan gue nyimpen beberapa. Sekarang harganya bisa Rp25 juta."
"Ada Supreme juga sekitar tahun 97-98, Supreme dengan tulisan Arabic, itu saya pegang dua jaket hoodie. Satu jaket saya lepas ke orang Jepang dan orang Jepang itu bayarin seharga Rp40 Juta. Barangnya itu udah agak gembel."
Mewakili komunitasnya, Reiner mengatakan dia punya alasan tersendiri mengapa memilih Stussy sebagai koleksi utamanya.
"Kalau ditarik ke era 90-an, kalau nggak ada Stussy, nggak bakal ada Supreme, mungkin nggak bakal ada yang lain-lain. Karena James Jebbia yang punya Supreme itu aja kerja sebagai manager tokonya Stussy. Waktu ada BBQ party (pesta barbekyu), salah satu pegawainya Stussy dikenalin ke orang namanya James Bond, akhirnya jadi yang merek Undefeated. Stussy itu sendiri juga, kalau merek yang lain kan udah go public, Stussy itu masih family own lho," kata Reiner yang sudah berkecimpung di dunia streetwear sejak 2005 lewat sebuah toko di Plaza Semanggi.
Baca juga: Thrifting: Mesin Waktu Membeli Masa Lalu |
Penggiat thrifting lainnya, Remon Nessa juga punya pengalaman yang sama. Bagaimana baju-baju koleksi pribadinya pernah ditawar hingga belasan juta. Baju-baju dengan harga 'hantu', begitu biasa disebut.
"Saya masih punya beberapa kaos musik yang harganya sudah sampai di atas Rp10 Juta. Itu saya simpan dari tahun 1990. Ada juga saya punya baju yang saya pakai di video klip Pesta Rap tahun 1996, baju Naughty by Nature keluaran 1994. Kalau saya lagi pakai sekarang misalnya Live Instagram gitu, banyak banget yang DM mau bayarin," ungkap Remon.
"Baju-baju yang dinilai mahal itu juga seperti jersey basket, American Football. Karena di tahun 90-an, skena hiphop di luar negeri sedang naik dan mereka tampil dengan baju-baju itu. Kadang-kadang saya suka ketawa sendiri, karena saya masih simpan barang-barang yang harganya sudah nggak masuk akal sekarang. Tapi prinsip saya untuk thrifting jelas, saya nggak akan pernah beli baju yang nggak layak pakai buat saya. Contoh sudah bolong-bolong atau warnanya memudar," sambungnya.
Hal yang kemudian menjadi pertanyaan adalah, dari mana datangnya angka-angka tersebut? Siapa yang menentukan?
"Sebetulnya itu karena ada demand, di mana ada demand, supply pasti tinggi. Kalau yang terjadi sekarang sih balik lagi ada orang yang nyari dan ada orang yang 'menggoreng' supaya barang itu terlihat layak. Akhirnya, yang terjadi, ada orang yang sekadar pengen dan ada yang pengen banget punya karena ada ikatan emosional," jelas Remon.
Akan tetapi, terkadang kondisi istimewa kadang terjadi dalam dunia thrifting. Harga bukanlah segalanya jika memang masing-masing pihak sepakat dan punya nilai emosional terhadap barang tersebut.
"Kadang saya kalau ada yang tawar baju saya, tapi saya lihat dia tahu cerita di balik mereknya. Emang pengen banget, punya cerita yang sentimental, saya tahu dia bisa ngejagain barangnya, jadi pemilik baru yang baik, angka bisa dinegosiasikan," tutur Reiner.
Simak Video "Video: Styling Dress Hasil Thrifting Seharga Seporsi Seblak"
(mif/nu2)