Mengenang Gareng Salatiga yang Dikenal Gigih dan Cinta Keluarga

Mengenang Gareng Salatiga yang Dikenal Gigih dan Cinta Keluarga

Aji Kusuma Admaja - detikHot
Jumat, 16 Agu 2019 18:05 WIB
Foto: Aji Kusuma/ detikcom
Semarang - Keluarga sedang berkumpul di teras rumah almarhum Angga Ardyanta alias Gareng Salatiga. detikcom memohon izin, menyampaikan maksud, untuk menulis obituari Gareng Salatiga.

Di rumah yang beralamat di Dusun Wonogaten, Desa Glawan, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Angga Gareng bertempat tinggal bersama istri dan dua orang anaknya.

Memulai cerita dengan mata berkaca-kaca, ayahanda Gareng Salatiga, Sutoyo, mengaku bangga terhadap almarhum Angga. Walau berat, Sutoyo berupaya ikhlas menerima kepergian putra sulungnya itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya terharu dengan perjuangan Angga. Sampai detik terakhirnya pun Angga wafat dalam keadaan sedang berjuang untuk keluarga, untuk budaya Jawa," ujar Sutoyo kepada detikcom, Jumat (16/8/2019).



Ia menambahkan, Angga adalah sosok yang gigih dalam bekerja. Menurut sang ayah, jika hari ini Angga memiliki kemampuan finansial yang baik, itu bermula dari perjuangan kariernya selama tujuh tahun terakhir.

"Dia (Gareng Salatiga), sebelum jadi pelawak, pernah bekerja sebagai karyawan pabrik di Jakarta. Saya juga nggak mengira dia bakal jadi pelawak. Meski saya sendiri pelawak, Angga nggak pernah bercita-cita jadi pelawak," terang Sutoyo.

"Awalnya dia ikut lomba lawak se-Jateng pada 2013. Dari situ dia mulai saya ajak kerja, eh keterusan, bahkan menurut teman-teman seniman, Angga itu punya potensi. Terus belajar dan mengasah keterampilan melawak, puji syukur, Angga diterima masyarakat," imbuhnya.

Mengenang Gareng Salatiga yang dikenal Gigih dan Cinta KeluargaFoto: Aji Kusuma/detikcom


Sang adik, Adine Angga, yang selalu menemani perjalanan Gareng berkesenian, masih terpukul. Adi adalah adik sekaligus sosok yang selalu membersamai Angga sejak awal berkarier sebagai pelawak.

"Dulu itu ke mana-mana motoran, Mas. Saya dulu cuma nemenin, jadi bonceng Mas Angga. Mas Angga yang mengendarai motor, pernah juga sampai Wonogiri Mas, berdua motoran, mengantar Mas Angga pentas," ucap Adi sembari mengenang Angga.

Ia menambahkan, setelah lumayan mapan, Angga membeli mobil Toyota Corolla warna biru. Sejak memiliki mobil itu, Adi belajar menyetir mobil untuk menjadi sopir pribadi sang kakak.

"Mobil ini mobil perjuangan Mas Angga. Dulu selalu naik ini ke mana-mana. Meski mobil tua, jarang rewel ini, Mas," ucap Adi sembari menunjukkan mobil Corolla milik Angga.



Tak jauh dari rumah Angga, berdiri sebuah joglo antik. Menurut Adi, joglo itu akan difungsikan Angga sebagai sanggar seni. Nantinya, di sanggar itu masyarakat sekitar bisa berkumpul dan berkesenian.

"Mas Angga itu bangun joglo ini untuk jadi sanggar. Sudah pesan gamelan, biar anak-anak bisa main dan belajar. Mas Angga juga ikut membangun kalau lagi libur, orangnya nggak bisa anteng, Mas. Taman dipojok itu buatan tangan Mas Angga," ungkap Adi.

Di akhir wawancara, Adi menyampaikan terima kasih kepada seluruh seniman budaya Jawa di mana pun berada. Baginya, solidaritas dari sesama seniman adalah kekuatan bagi keluarga untuk bersabar.

"Saya berterima kasih kepada seluruh seniman budaya Jawa yang sudah membantu. Ada Abah Kirun, Ki Joko Edan, dan semuanya. Mereka sudah membantu kami, semoga Mas Angga selalu mendapat jalan terang," tandas Adi.


(tia/nu2)

Hide Ads