Antara Museum dan Wisata Mesum

Laporan dari Amsterdam

Antara Museum dan Wisata Mesum

Is Mujiarso - detikHot
Kamis, 21 Apr 2016 12:59 WIB
Foto: Is Mujiarso
Amsterdam -

Di Amsterdam, tidak sulit untuk menentukan ke mana harus melewatkan waktu. Para pelancong ataupun orang-orang yang hendak memanfaatkan waktu luang di sela kunjungan bisnis, tidak akan dan tidak perlu merasa kebingungan. Sebagai kota (tujuan wisata) internasional, Amsterdam punya banyak pilihan untuk berpetualangan. Salah satu yang utama adalah museum, tentu saja Red Light District yang terkenal itu. Uniknya, kedua hal yang seolah bertolak belakang tersebut memiliki titik persinggungan yang intim.

DetikHOT menyusuri kota seribu kanal, tempat warganya melaju kencang di atas sepeda, atas undangan Heineken yang baru saja menggelar Global Bartender Final 2016, dan menyaksikan museum ada di mana-mana. Jangan langsung membayangkan bangunan kuno nan eksotik yang berdiri megah dan besar, dengan koleksi lukisan-lukisan masterpiece bersejarah. Museum jenis begini tak perlu dibahas lagi, setidaknya untuk saat ini.

Dari film 'The Fault in Our Stars' yang diangkat dari novel karya penulis Amerika, John Green, publik dunia mengenal The Anne Frank House, sebuah museum memori yang menjadi jejak gadis belia Belanda dengan diarinya yang melegenda itu. Sebagian orang tentu juga sudah tak asing lagi dengan Van Gogh Museum maupun Rembrandt House Museum.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, di samping museum-museum yang mengabadikan jejak dan penanda sejarah seni-budaya, ada juga museum yang menyuguhkan rekaman sejarah sosial. Di banyak negara lain, jenis museum yang disebut terakhir itu barangkali tidak lazim. Museum-museum itu hanya ada di Belanda. Yang membuatnya semakin menarik, keberadaannya museum-museum sejarah sosial itu tidak terpisah dari tempat-tempat hiburan dan pusat keramaian.

Di Red Light District sendiri misalnya, sebagai tempat wisata malam yang menyuguhkan jasa layanan seksual, di sana terdapat Museum of Prostitution. Di Belanda, pelacuran adalah praktik yang dilegalkan, dan area yang membantang di sepanjang kanan kiri kanal ini menjadi salah satu tujuan wisata yang dijual di berbagai agen tur. Museum Pelacuran atau biasa juga disebut Red Light Secrets merupakan 5 besar museum yang "dijual" sebagai atraksi wisata.



Selain Museum od Prostitution, yang berisi pernak-pernik memorabilia sejarah pelacuran di Belanda dan Eropa serta seluruh dunia, ada juga Torture Museum. Sesuai dengan namanya, museum ini menawarkan perjalanan imajiner yang fantastik untuk menelusuri jejak-jejak kekerasan, kekejaman dan rasa sakit dalam sejarah umat manusia.

Baru sehari saja di Amsterdam, Anda sudah akan langsung "ngeh" bahwa ke mana pun kaki melangkah, tatapan mata akan bertemu dengan museum. Di tengah pusat perbelanjaan, ada museum keju. Pada saat yang lain, ketika Anda mungkin sedang berada dalam bus tur wisata keliling kota, Anda akan menemukan Cow Museum. Antara museum dan wisata "mesum" tidak ada garis yang membatasi daya tarik kota ini.

Bukan pemandangan yang ganjil jika Anda melihat serombongan turis, dengan pemandu mengacungkan bendera mungil, berbaris menyusuri area "abu-abu" tempat para perempuan menjajakan tubuhnya di balik etalase kaca. Mereka nyaris telanjang bulat, berlenggak-lenggok menarik perhatian orang-orang dari sebuah kamar mungil remang-remang yang tembus pandang. Turis laki-laki dan perempuan, tua-muda bahkan anak-anak berkeliaran di sini, berjejal-jejal bak pasar malam mulai pukul 7 malam, ketika langit Amsterdam masih terang-benderang.

Di sela-sela deretan etalase temaram itu ada "coffe shop" yang artinya tempat menjual ganja, ada toko-toko suverbir, sex shop, teater-teater atraksi seksual, dan museum. Semua orang dipersilakan menikmatinya, memilih atau sekedar menjadikannya sebagai objek wisata yang mendebarkan, atau justru menimbulkan letupan tawa-tawa kecil, apapun maknanya.

(mmu/ich)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads