Pengalaman apa saja yang di dapat selama di sana?
Yang pasti bagus-bagus aja. Saya nggak ada yang aneh-aneh. Waktu mau mencium Hajar Aswad misalnya, karena saya menolong orang, mereka minta ditarik, tadinya saya sudah sampai di depan, tapi kelempar, ke belakang lagi. Untungnya ada askar perempuannya dorong aku sampai depan lagi.
Apakah sempat menangis ketika berada di sana?
Kalau nangis atau gimana, itu relatif. Yang penting kita bisa berdialog dengan Allah, mensyukuri hidup. Kalau saya di Kabah, tidak minta apa-apa. Saya hanya bersyukur selama ini Allah sudah baik sama saya, keluarga saya. Apa yang di otak dan hati saya hanya bersyukur karena Allah sudah baik, saya pun mohon diampuni karena namanya juga manusia nggak ada yang sempurna.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak menyesal tak foto di depan Kabah?
Kita bisa datang lagi ke sana. Lagian kalau foto di situ kita nggak bisa taruh sembarangan. Saya juga pernah tahu ada orang yang pernah foto di situ, hidupnya jadi bagaimana gitu.
Sempat naik onta juga ya?
Iya, agak ngeri juga, ternyata onta tinggi banget, jadi uncomoftable. Kalau ontanya jalan harus pegangan. Lucunya lagi saya punya teman, manajer saya, aku kan pakai baju dalaman lagi selain gamis, kalau dia nggak, jadi waktu naik kakinya kelihatan, kakinya dicium-cium onta sebelah.
Bagaimana rasanya umroh?
Aku tidak pernah membayangkan akan umroh, ternyata enak ya, tenang aja. Great experience. Sangat berbeda dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. Kita travellingnya menghormati Allah dan Nabi-nabi.
Ingin kembali lagi?
Kalau aku sih inginnya balik lagu, kalau perlu bawa anak, keluarga, entah itu kakak, adik atau ibu.
Berniat naik haji?
Aku sih maunya gitu, umroh saja sudah berjuta-juta orang, apalagi naik haji. Kata ibuku juga lebih pergi haji sewaktu umur kamu masih muda.
Tidak takut beban kalau nantinya menyandang gelar Hajah?
Orang Indonesia pemikirannya selalu begitu. Padahal nggak gitu ya. Yang penting kapasitas kita sama Allah bagaimana. (eny/dit)