Artis sekaligus aktivis Wanda Hamidah akhirnya kembali ke Tanah Air setelah 35 hari berjuang dalam misi kemanusiaan bersama Global Sumud Flotilla untuk Palestina. Rombongan pelayaran Global Sumud Flotila yang membawa bantuan kemanusiaan tersebut harus terhenti akibat berbagai kendala teknis dan blokade laut oleh Israel.
Wanda, yang menumpangi kapal terakhir dengan harapan bisa menyusul relawan lain, pada akhirnya juga harus menerima kenyataan pahit bahwa kapal Nusantara yang ditumpangi tidak dapat melanjutkan perjalanan. Usai kembali ke Tanah Air, ia mengaku sangat rindu dengan anak-anaknya.
"Kangen banget, amat sangat, sangat, karena setiap mereka telepon, saya bilang, 'Iya, saya mau, iya, bentar lagi, bentar lagi,' tapi saya gak pulang-pulang, saya gak pulang-pulang," ujar Wanda Hamidah Dalam di Studio Rumpi No Secret, Trans TV pada Selasa (7/10/2025).
Wanda Hamidah mengatakan beban berat dirasakan oleh putra sulungnya yang harus merawat adiknya yang masih berusia 10 tahun.
"Yang si kakak harus terbebani dengan merawat adiknya yang kecil, yang 10 tahun, dan ternyata pas saya pulang, 'Ibu, aku capek'. Dia mau nangis kayak, 'Aku capek ngurus yang kecil' gitu. 'Aku jadi marah-marah terus' gitu," katanya menirukan ucapan sang anak.
Meski begitu, Wanda berterima kasih kepada anak-anaknya yang lebih besar, karena telah bertanggung jawab menjaga adik mereka. Menurutnya, ada hikmah di balik peristiwa ini.
"Paling gak sekarang hikmahnya adalah mereka tahu kenapa ibu suka marah-marah, karena capek. Paling tidak mereka tahu sedikit selama sebulan, selama 35 hari ini bagaimana, tanggung jawab yang luar biasa besar sebagai orang tua," jelasnya.
Namun, perasaan bersalah menyelimutinya ketika harus menjawab pertanyaan si bungsu tentang kepulangannya. Bahkan Wanda sempat tak berani menelepon karena kerap ditanya kapan pulang.
"Lalu yang kecil, aduh, di hari-hari terakhir semenjak itu aku sudah gak berani lagi nelepon yang kecil, karena aku sudah gak tahu mau jawab kapan pulang. Itu sulit sekali," ungkap Wanda dengan suara bergetar.
Pertanyaan sederhana dari putrinya menjadi pukulan berat baginya.
"'Bentar ya, Ibu. Ibu berjuang dulu buat Palestina, buat Gaza'. 'Tapi kan Ibu sudah punya, Ibu tapi kan Ibu juga punya anak'. Wah, itu aku sudah, sedih, hancur hatiku," kenangnya.
Momen tersebut justru semakin menguatkan tekad Wanda. Rasa sedih karena terpisah 35 hari dari anaknya membuatnya semakin bisa merasakan penderitaan anak-anak dan para ibu di Palestina yang kehilangan keluarga akibat kebrutalan zionis Israel.
"Ini anak aku saja yang ibunya sehat walafiat, mereka tahu, gak ketemu ibu selama 35 hari saja hatinya sedih dan hancur, gitu. Bayangin anak-anak di Palestina. Itu yang membuat saya gak akan berhenti berjuang untuk kebebasan Palestina dan menghentikan genosida. Dan saya gak bisa sendirian. Saya perlu kalian semua untuk bergerak menghentikan genosida," bebernya.
Sekembalinya ke Indonesia, Wanda mengaku merasakan kemewahan hidup yang luar biasa. Pengalaman tidur di pelabuhan dan di kapal selama berhari-hari tanpa mengeluh, karena membayangkan penderitaan rakyat Palestina, membuatnya lebih banyak bersyukur.
"Ketika ke Indonesia, aku kayak ya bersyukur bahwa kita di Indonesia bisa menikmati kehidupan yang bisa memilih makanan yang kita mau makan, gitu. Kita bisa ada atap di rumah, kita bisa punya tempat tidur di rumah gitu, yang tidak dimiliki oleh rakyat Palestina," pungkasnya.
Simak Video "Video: Sempat Ada Masalah, Kapal Wanda Hamidah Siap Berlayar Lagi ke Gaza"
(fbr/mau)