Agnez Mo Sebut Public Speaking Harus Jadi Standar DPR

Desi Puspasari - detikHot
Selasa, 02 Sep 2025 06:06 WIB
Agnez Mo Foto: Instagram@agnezmo
Jakarta -

Huru-hara di Indonesia belakangan ini berawal dari ucapan dan nirempati. Isu tunjangan rumah Rp 50 juta per bulan, respons menyakitkan atas kritik, pemilihan kata yang dinilai gak berempati, adu nasib membandingkan hidup dengan rakyat, hingga anggota dewan joget-joget di DPR RI rangkaian yang membuat rakyat geram.

Kondisi ini juga menjadi perhatian Agnez Mo. Agnez Mo menyentil soal awal dari keramaian ini.

"Semuanya berawal dari EQ yang rendah, cara berbicara di depan umum yang memecah belah dan merendahkan, serta tanpa empati," buka Agnez Mo dalam Instagram Story pribadinya dilihat, Selasa (2/9/2025).

"Hal paling minimal yang bisa saya harapkan dari seorang anggota DPR adalah kemampuan berbicara di depan publik yang layak, yang tidak memecah belah, tapi benar-benar mencari solusi untuk semua pihak, bukan hanya untuk kepentingan mereka sendiri," ungkapnya.

Namun, belakangan ini cara bicara para anggota Dewan dianggap menyulut sakit hati rakyat. Padahal public speaking harusnya menjadi hal paling mendasar.

"Dan, fakta bahwa kita bahkan harus menuntut sesuatu sesederhana kemampuan berbicara di depan publik saja sudah bikin geleng-geleng kepala. Sesuatu yang harusnya sudah menjadi standard paling dasar sebagai manusia, apalagi sebagai wakil rakyat atau pembuat aturan/hukum (legislator)," tulisnya.

Agnez Mo mengingat apa yang dialaminya. "(But well... aku mengalaminya sendiri beberapa bulan yang lalu, ketika seorang anggota DPR yang dengan entengnya bilang kalau belum S3 (PhD), ya gak usah ngomong soal isu ini... karena mungkin menurut dia orang lain 'terlalu bodoh'?" kenangnya.

"Dan jangan lupa, itu semua dilakukan sambil mencemarkan nama baik dan menjelek-jelekkan semua orang yang punya pendapat berbeda. Logika model begitu sudah cukup menunjukkan semua yang perlu kita tahu," sambung penyanyi berusia 39 tahun itu.

Penyanyi yang menjalani kariernya di Amerika Serikat itu mengingatkan untuk menjadi pemimpin bukan sekadar soal IQ. Kepemimpinan menuntut jauh lebih dari itu.

"Kepemimpinan menuntut segalanya. Menuntut EQ, menuntut integritas, menuntut empati, visi, dan di atas segalanya: menyebarkan kasih dan perdamaian, bukan malah energi yang memecah belah. Kepemimpinan sejati menuntut keberanian untuk melayani seluruh rakyat. Bukan hanya untuk orang-orang yang setuju dengan pemikiranmu, dan juga bukan untuk sekadar memberi makan egomu sendiri," tuturnya.

Agnez Mo mengatakan kepemimpinan dimulai dari kemampuan dan kemauan untuk mendengarkan, menghormati orang lain. Tidak melulu memotong ketika orang lain berbicara, tapi sungguh-sungguh mendengarkan suara rakyat dan menanggapi dengan bijaksana.

Dia berharap Indonesia tetap teguh. Agnez Mo akan selalu bangga menggaungkan nama Indonesia di setiap panggung yang dinaikinya.

"Jadi izinkan saya katakan dengan jelas: jangan mau dihasut. Jangan mau dimanipulasi. Kita lebih bijak. Kita lebih kuat. Kita bukan lagi Indonesia di tahun 1998," ungkapnya.

"Warga jaga warga karena pada akhirnya kita adalah satu bangsa, disatukan oleh satu kebenaran: Bhineka Tunggal Ika," tutup Agnez Mo.



Simak Video "Video: MA Kabulkan Kasasi Agnez Mo, Ari Bias Kasih Reaksi Gini"

(pus/dar)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork