Acara Demi Indonesia menyuguhkan orasi-orasi dari beberapa pemuka agama, seperti Gus Miftah, Bhante Dhira hingga Pendeta Gideon Simanjuntak.
Jika Gus Miftah mengajarkan bagaimana caranya untuk tetap rukun dan harmonis dalam keragaman agama, maka Pendeta Gideon memilih untuk mengingatkan betapa indahnya perbedaan dan juga pentingnya menjaga kedamaian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Besar dalam keluarga berbeda agama, Pendeta Gideon Simanjuntak pun menceritakan kehidupannya yang terbiasa mengedepankan toleransi di rumah di mana sang ibu adalah seorang muslim.
"Saya terbiasa kalau sahur saya punya bude dan pakde sahur dan buka, natalan mereka mengucapkan. Kalau kami ke gereja dibangunin (oleh mereka)" kenangnya di The Hall Senayan City, Jakarta Pusat, Jumat (27/10/2023).
Ia pun mengingatkan kembali jika perbedaan yang ada akan menjadi kekuatan jika disikapi dengan baik.
"Ketika kita menyadari perbedaan itu datangnya dari Tuhan, orang kembar aja beda. Perbedaan bisa dipakai jadi kekuatan. Jokowi bilang bangsa Indonesia 96 persen beragama saya yakin itu kekuatan bukan kelemahan kalau semua berdoa akan jadi bangsa besar," paparnya.
Tak hanya dalam agama saja, perbedaan dalam ras, bahasa juga pandangan politik kerap menjadi jurang pemisah di dalam bermasyarakat.
Hal ini yang harus disikapi dengan bijak dan dilihat dengan lebih luas khususnya di masa-masa politik seperti sekarang.
"Ini waktunya menyongsong siapapun presidennya nusa bangsa kita tetap satu Indonesia raya. Colek kiri-kanan jangan ribut nanti pemilu mau dukung mana aja gapapa, garuda di dadaku, NKRI harga mati!" tutupnya.
Acara Demi Indonesia masih berlangsung di The Hall Senayan City. Acara ini dipersembahkan detikcom dan didukung oleh oleh BNI, PT. Pertamina (Persero), Bank BRI, Telkom Indonesia, Bank Mandiri, Semen Indonesia Group, PT. Pupuk Indonesia dan MIND ID.
(wes/wes)