Demi Indonesia, Gus Miftah Suarakan Hormat Antar-Agama

Demi Indonesia

Demi Indonesia, Gus Miftah Suarakan Hormat Antar-Agama

Atmi Ahsani Yusron - detikHot
Jumat, 27 Okt 2023 15:27 WIB
demi indonesia
Foto: 20detik
Jakarta -

setImmediate$0.44055831197607764$1setImmediate$0.44055831197607764$2Gus Miftah jadi salah satu pemuka agama yang hadir di acara detikcom Demi Indonesia yang digelar Jumat (27/10/2023). Acara ini merupakan persembahan detikcom jelang Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada esok hari. Dalam kesempatan tersebut, Gus Miftah mengisi sesi Beda Server Satu Bahasa dan bicara soal hormat-menghormati antar-agama.

Gus Miftah memulai orasinya dengan menceritakan dirinya yang kerap dikatai kafir oleh netizen. Hal ini lantaran dirinya kerap berinteraksi dengan non-muslim, keluar-masuk gereja untuk menghadiri acara, hingga tinggal di kawasan yang didominasi oleh penganut Katolik. Meski demikian Gus Miftah tidak terlalu ambil pusing lantaran dirinya punya prinsip yang tegas soal keberagaman beragama.

"Saya dibilang kafir karena masuk gereja. Saya bilang, 'gampanglah, tinggal syahadat lagi. Orang yang kafir 70 tahun, baca Lailahaillallah hilang kekafirannya'. 2021 saya diundang gereja Bethel Indonesia untuk peresmian salah satu gereja di Penjaringan, Jakarta Utara. Ketika saya diundang itu, saya menggambarkan Indonesia sebagai satu rumah besar yang punya 6 kamar. Ada kamar Islam, kamar Kristen, kamar Katolik, kamar Hindu, kamar Budha, dan kamar Konghucu. Saya punya keyakinan, kalau orang Indonesia kembali ke kamarnya masing-masing, pasti tidak akan pernah terjadi masalah," ucap Gus Miftah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Akan terjadi masalah apabila ketika kita kembali ke kamar orang lain, tidak hanya tidur bahkan ngompol di sana. Pasti akan jadi masalah. Contohnya, ketika banyak orang yang kembali ke kamar orang lain, ketika seseorang yang belum menggenapi ibadah agamanya sendiri, tapi dia sudah bicara ibadahnya agama orang lain. Belum jadi muslim yang taat, malah mempersekusi ibadah orang lain," lanjut Gus Miftah.

Dia lalu mengingat suatu kejadian di kawasan Bogor ketika sebuah keluarga penganut Kristen dipersekusi karena melakukan ibadah di rumahnya sendiri. Hal ini dipertanyakan oleh Gus Miftah.

ADVERTISEMENT

"Sejak kapan ibadah, mau ketemu Tuhan, harus dapat izin? Saya yang berada di lingkungan dominan Nasrani, saya jadi orang pertama yang mengucapkan selamat Natal. Saya dibilang Kristen karena mengucapkan itu. Itu sejak kapan kayak gitu?" ujarnya.

Di akhir orasinya, Gus Miftah menyarankan agar Indonesia membuka banyak ruang diskusi antar-agama. Kembali ke pengibaratan Indonesia sebagai sebuah rumah, dia menilai 'rumah' tersebut butuh banyak ruang tamu.

Dengan banyaknya ruang tamu, ada banyak ruang diskusi yang besar antar-agama yang berbeda-beda. Sehingga perbedaan bisa melebur dan menjadikan Indonesia sebagai negara yang berbeda-beda tetapi tetap satu.

"Caranya gampang supaya kita tidak masuk ke kamar orang lain, caranya dengan menciptakan banyak ruang tamu. Kita datang hanya karena diundang. Seperti acara ini misalnya, sehingga kita bisa ngobrol dan guyon, jadi semua sama-sama asik," lanjut Gus Miftah.

"Meyakini yang kita anut itu hukumnya benar wajib, tapi bukan berarti kita boleh menyalahkan agama lain. 'Janganlah sekali-kali kamu menghina sesembahan orang lain, sehingga orang lain berpotensi menghina sesembahanmu'. Kalau Indonesia ingin maju, kalau kamu ingin agamamu tidak mau dihina, jangan menghina orang lain. Kalau kamu Islam, agamamu tidak mau dihina, jangan hina agama orang lain," tutupnya.

Acara Demi Indonesia masih berlangsung di The Hall Senayan City. Acara ini dipersembahkan detikcom dan didukung oleh oleh BNI, PT. Pertamina (Persero), Bank BRI, Telkom Indonesia, Bank Mandiri, Semen Indonesia Group, PT. Pupuk Indonesia dan MIND ID. Kamu bisa menyaksikan acaranya secara streaming di bawah ini:

(aay/dar)

Hide Ads