Syarif Fitriansyah ditinggal ayahanda ketika masa remajanya. Meraih target dan impiannya sendiri dengan harapan mendiang ayah memberi doa restu dan bangga di atas sana. Doa mewujudkan semuanya, lebih dari itu juga menghadirkan lagi di hidupnya figur ayah.
Pemuda 32 tahun asal Pontianak itu menemukan figur ayah pada sosok atasannya yang juga seorang kepala keluarga, seorang kakek, dan Presiden Indonesia: Joko Widodo. Sebagai asisten ajudan presiden, Syarif merasakannya kala bekerja langsung mendampingi Presiden Jokowi, melayani dan membantu di banyak kesempatan.
Pada sesi obrolan ini, Syarif mengundang detikcom bertandang ke rumahnya usai olahraga pagi tadi di Kawasan GBK. Sambil menyantap bebek bersama sebagai bekal makan siang, obrolan kami bergulir lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sentimentil bagi Syarif ketika melihat bagaimana Presiden Jokowi bekerja, yang menurut dia, semuanya tulus dari hati. Bahkan, pecinta waralaba film Fast & Furious itu berulang kali mengucap kata 'merinding' untuk menggambarkan perasaannya yang terharu luar biasa.
"Saya sudah nggak punya bapak, mas, saya ngerasa beliau (Presiden Jokowi) kayak bapak saya," buka Syarif serius.
![]() |
Air wajahnya berubah ketika melanjutkan cerita. Dia teringat sebuah momen di mana Presiden Jokowi bertemu dengan ibunya di Bandung.
"Pernah waktu itu pas lebaran di Bandung, ketemu sama ibu saya. Terus bapak ngomong, 'ibu, sehat-sehat ya, bu. Ini Syarif nggak pernah pulang'. Terus Ibu Iriana juga menyapa. Bapak pernah ke Pontianak juga waktu itu. Iya, saya menemukan ada figur bapak-lah di beliau," sambungnya lagi.
Karena rasanya seperti ayah sendiri, tentulah ada teguran-teguran layaknya orangtua pada anaknya. Bagaimana sih Pak Jokowi kalau menegur atau malah kalau marah?
"Selama ini, bahasa marah itu nggak pernah keluar dari bapak. Bapak itu menegur. Sama seperti yang teman-teman lihat kalau di media bapak menegur, ya seperti itu. Persis nggak ada yang ditutup-tutupi, di depan atau di belakang layar," ungkap Syarif.
Figur ayah tidak lantas melunturkan dirinya melihat dari sudut pandang lain. Karena ketika bertugas, sang ayah tadi tiba-tiba saja menjadi seorang presiden yang bekerja dengan tulus untuk rakyatnya.
"Mulai beliau tanya misalnya tentang A, 'tadi gimana, Rif soal A?'. Saya jelaskan dan bapak akan terus memastikan, terus follow up semuanya sampai selesai. 'Sudah ya, Rif? Sudah selesai? Kamu jangan lupa follow up, lho'. Jadi, bener-bener sampai tuntas."
"Saya lihat beliau kerja, ikhlas, kerja pakai hati tanpa pamrih bantu orang. Kalau sudah dengerin masyarakat itu benar-benar didengerin, Ini tuh persoalan 260 juta orang yang belum tentu kita kenal satu per satu. Beliau ini, orang nggak dikenal aja beliau bantu. Jadi saya benar-benar wah, merinding saya ngomongnya," Syarif berucap hormat.
![]() |
Sedikit intermezzo dan mencairkan suasana yang cukup serius, detikcom menanyakan tentang siapa musisi yang digemarinya. Ternyata pertanyaan itu pas karena jawabannya tidak diduga.
"BTS," jawabnya mengejutkan.
"Karena waktu itu kan pertama di Asia yang menang Grammy. Ya kita bangga ya ternyata dari Asia, ada yang mewakili. Lebih dari pada itu ya, anak-anak ya, anak saya senang banget sama BTS," jelas Syarif.
"Eh tapi waktu SMP itu saya belajar gitar itu, lagu-lagu Iwan Fals. Lagu Belum Ada Judul, Sore Tugu Pancoran," sambungnya lagi.
Tidak terasa, waktu ternyata sudah memasuki pukul 2 siang. Sudah sejak pagi obrolan antara Syarif dan detikcom berlangsung, dari mulai olahraga bersama sampai makan siang. Panjang cerita sudah dibagikan polisi 32 tahun itu.
Sebagai penutup, tidak berlebihan kalau menanyakan, apa rencana yang akan dilakukannya setelah tak lagi bertugas di istana.
"Saya jujur dari dulu zaman SMP sampai SMA itu sempat ingin sekolah di luar negeri, ingin keliling dunia. Saya ingin kuliah di Harvard, sempat mau apply, tapi ternyata saya diberi tanggung jawab dan harus saya selesaikan. Jadi, saya berpikir, saya akan selesaikan tanggung jawab saya di sini (asisten ajudan presiden), jika tidak diberi kesempatan untuk sekolah, ya saya kembali menjadi polisi lagi. Membantu, mengayomi, melindungi masyarakat. Kembali lagi tangkap penjahat, kayak Spider-Man, your friendly neighborhood superhero," Syarif mengakhiri obrolannya.