Sebagai tempat ibadah, masjid sudah seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk mereka yang ingin menjalankan kewajiban sebagai manusia beragama. Maka penting untuk kita menjaga masjid dari hal-hal yang memiliki kecenderungan memecah-belah umat. Salah satunya dari persoalan politik. Kata ustaz, masjid adalah tempat sakral yang seharusnya tidak dijadikan lokasi kampanye.
Di tahun politik ini, kampanye-kampanye mulai dilakukan. Sebagai masyarakat yang meyakini bahwa Islam merupakan agama yang damai, kita harus jeli dalam melihat dan menilai khutbah atau ceramah yang disampaikan di masjid. Apabila kalimat-kalimat yang disampaikan tersebut menjurus ke arah politik, ada baiknya kita menjauhinya. Karena sejatinya perbedaan politik sangat bisa memecah-belah, sementara masjid seharusnya dapat menyatukan semua perbedaan itu.
"Kalau dalam bahasa Arab, masjid itu disebut 'jaamek' artinya menyatukan orang. Jadi begitu orang masuk ke dalam masjid, dia harus bersatu, apa pun partainya atau afiliasi politiknya dia harus bersatu di masjid. Walau beda partai, kelas ekonomi, kelas pendidikan, pendapat, semua bersatu di dalam masjid. Kalaupun dia khutbah, ceramah, itu harus menyampaikan pesan-pesan keagamaan yang memberikan siraman rohani bagi masyarakat. Meski sedikit itu nggak boleh. Kalau ngomong politik mungkin boleh, tapi kampanye politik itu tidak boleh," demikian pendapat dari KH. Taufik Damas, Lc, Wakil Katib Syuriah PWNU Jakarta dalam sebuah tausiyahnya.
Masjid terlalu sakral untuk dijadikan tempat mencari dukungan politik. Hal itu tidak hanya melenceng dari fungsi masjid sebagai tempat ibadah dan menyucikan diri, tapi juga karena politik pada kenyataannya jadi topik yang sensitif untuk dibahas di tempat yang suci.
Di dalam masjid, apa pun jalur politiknya, masyarakat seharusnya melepaskan itu ketika memasuki kawasan suci ini. Karena di situ seharusnya masyarakat bersatu dalam ketakwaan, bukan justru terpecah-belah karena berbeda aliran politik. Demikian menurut KH. Taufik Damas, Lc.
"Sebetulnya yang namanya tempat ibadah itu kan tempat yang sakral. Tempat buat orang untuk menyucikan diri, tempat nge-cas spiritualitas. Makanya ya nggak boleh (seharusnya) orang kampanye politik itu di dalam tempat ibadah. Masjid (misalnya) tidak boleh dipakai buat tempat kampanye politik karena orang yang masuk tempat ibadah itu kan beragam. Kalau dalam konteks politik, ada yang partai A, partai B, nanti ada pendukung nomor berapa, nomor berapa, maka nanti ketika mereka masuk ke tempat ibadah seharusnya itu jadi tempat mereka bersatu dalam ketakwaan. Jangan malah dibelah, malah ada kampanye politik."
"Meski sedikit itu nggak boleh. Kalau ngomong politik mungkin boleh, tapi kampanye politik itu tidak boleh," tegasnya.
Taufik Damas kemudian menceritakan soal masjid yang diminta Allah SWT untuk dijauhi oleh Rasulullah SAW. Yakni masjid yang di dalamnya terdapat hal-hal yang mudarat.
Hal ini tertulis dalam firman Allah SWT di Al-Qur'an surat At-Taubah ayat 107-108 berbunyi: Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan". Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).
"Di situ disebut ada masjid yang bahaya. Nabi Muhammad SAW dilarang Allah SWT masuk ke masjid itu. Kenapa bahaya? Karena di masjid itu ada kampanye politik, ada caci-maki, ada fitnah, ada hoaks. Di dalam itu ada kecenderungan membelah masyarakat. Nggak boleh seperti itu," lanjut sang ulama.
"Kalau dalam politik kan kita nggak bisa menghindari keberpihakan. Pasti masyarakat bahkan satu keluarga bisa berbeda pilihan politiknya. Di luar biarkan itu berbeda, tapi di dalam tempat ibadah kita bersatu dalam persaudaraan. Persaudaraan itu jauh lebih penting dari soal dukung-mendukung pilihan politik. Semua tempat ibadah harus steril dari kampanye poilitik, karena umat di dalam tempat ibadah itu pasti pilihannya ada yang berbeda."
"Kita harus jadikan masjid itu tempat yang nyaman, jadikan masjid tempat orang merasa butuh. Kebutuhan primer kan tentu ibadah, kebutuhan lainnya orang bisa mendapatkan ilmu agama di masjid. Jadi itu harus dijaga. Masjid atau tempat ibadah apapun itu harus dijadikan sumber moralitas buat masyarakat. kalau sumber moralitas dirusak dengan kampanye politik, maka itu akan berpengaruh pada masyarakat kita," tegas KH Taufik Damas.
(aay/mau)