Kata Ustaz: Sebaik-baik Jomlo adalah Mereka yang Mampu Menahan Diri

Kata Ustaz: Sebaik-baik Jomlo adalah Mereka yang Mampu Menahan Diri

Atmi Ahsani Yusron - detikHot
Jumat, 07 Apr 2023 17:02 WIB
Muhammad Nur Hayyid
(Foto: dok. YouTube BKN PDI Perjuangan) Muhammad Nur Hayyid saat memberi tausiyah soal jodoh dan jomlo.
Jakarta -

Sebagai manusia, wajar rasanya merasa kesepian dan butuh teman hidup. Sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT, manusia pun diciptakan berpasang-pasangan. Namun menyoal pasangan atau jodoh terkadang tak semudah mencari tontonan di Netflix. Belum lagi tuntutan dari pergaulan yang kadang-kadang membuat seseorang yang masih jomlo jadi ingin segera punya pasangan. Kata ustaz, jodoh pasti bertemu dan sebaik-baik jomlo adalah mereka yang mampu menahan diri.

Dalam proses mencari jodoh, kita tidak hanya disarankan untuk menilai yang terbaik buat kita dan yang paling cocok. Selain itu, kita juga diminta untuk selalu berserah diri kepada Allah SWT. Jodoh masing-masing orang sudah diatur baik bentuk fisik dan siapa sosoknya bahkan sejak sebelum kita dilahirkan. Tugas seorang jomlo adalah mencari kira-kira siapa yang pantas. Hal ini dijelaskan oleh Gus Muhammad Nur Hayyid, pengasuh Pesantren Skill Jakarta, dalam sebuah tausiyahnya.

"Jodoh itu memang sudah diatur, sudah jelas bentuk fisik jodoh kita, sejak sebelum kita dilahirkan. Tinggal kita mencari, siapa yang kira-kira pantas dengan jodoh kita. Jodoh itu sudah ditetapkan, hanya perlu disesuaikan, dicari, diklopkan. Bagaimana kalau jodoh itu sudah ketemu tapi kok belum nikah sudah bubaran? Apakah misalnya kecelakaan, atau nggak cocok sama orang tua dan mertuanya, berarti ya belum jodoh. Jodoh itu ya pasti bertemu, berakhir di pelaminan," demikian dijelaskan oleh Gus Muhammad Nur Hayyid.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Siapa pun yang masih jomlo sebaiknya mempertebal kesabarannya dalam proses pencarian jodoh. Selain itu, dia juga haruslah mempertebal iman dan ketakwaan karena tidak jarang dalam pencarian pasangan itu muncul godaan-godaan.

Dalam tradisi Islam, tidak mengenal istilah pacaran. Sehingga ketika seseorang merasa sudah menemukan orang yang dia sukai, sesuai dengan kriteria dan tipenya, kemudian orang tersebut juga suka terhadapnya, maka disarankan untuk segera melakukan proses khitbah.

ADVERTISEMENT

"Kalau dalam ajaran agama Islam, kalau ada dua orang yang saling menyukai dan kemudian sudah pantas untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan, segera saja. Minta izin kepada orang tua biar dikhitbah. Khitbah itu dilamar. Semisal masih sekolah, nggak apa-apa, dilamar dulu terus lanjutin sekolah. Tapi tetap nggak boleh pegang-pegangan karena belum sah. Nah kalau sudah dikhitbah, tinggal dibahas kapan, masuk ke jenjang pernikahan. Itu baru benar. Kalau belum mau menikah karena masih kuliah atau sekolah, ya nggak usah pacaran. Itulah namanya godaan," lanjut sang ustaz.

Meski demikian, tidak jarang seorang jomlo juga goyah karena berbagai macam hal. Salah satunya adalah tekanan dari orang-orang sekitar. Sebagai manusia tentu kita punya perasaan iri melihat kebersamaan orang lain yang sudah menemukan pasangannya. Lalu kita akan membanding-bandingkan diri dengan orang tersebut.

Di sini Gus Muhammad Nur Hayyid menegaskan bahwa selama dia tidak melanggar ketentuan Allah SWT, meski dia belum menemukan jodohnya tapi dia bersabar, maka orang itu masuk ke dalam kategori manusia yang disayang Tuhan.

"Jadi orang yang jomlo, terus sabar, tidak melanggar ketentuan-ketentuan dari Allah SWT, maka orang itu sangat disayang oleh Allah SWT kalau dia mampu menahan hawa nafsunya. Kalau seseorang mendengarkan tuntutan sekitarnya untuk keluar dari status jomlo lalu pacaran, itu bisa dikatakan orang tersebut gagal jadi muslimah yang baik. Orang yang jomlo, kalau memang dia masih mampu menahan jomlonya, bismillah lanjutkan saja. Karena pacaran itu nggak ada dalam tradisi Islam. Kalau sudah suka sama suka, langsung dikhitbah, nikah. Syaratnya kata Rasulullah, kalau seseorang sudah memiliki kemampuan baik material dan mental, maka segera saja menikah."

"Tapi kalau tidak mampu menikah, berpuasa. Berpuasa punya dua makna yang pertama nggak makan dan nggak minum, tapi makna kedua dari puasa itu adalah menahan diri. Jomlo pun harus bangga karena bisa menahan diri tidak melakukan maksiat. 'Barang siapa yang mampu menahan dirinya untuk tidak bermaksiat, padahal dia ingin, lalu dia mati karena menahan kerinduan kepada sang kekasih, tapi dia tidak mau melanjutkan kerinduannya itu dengan perilaku yang melanggar ketentuan syariat, matinya orang itu dicatat sebagai mati syahid'," demikian tausiyah Gus Muhammad Nur Hayyid dalam acara inspirasi buka yang ditayangkan di YouTube Badan Kebudayaan Nasional (BKN) PDI Perjuangan.

(aay/mau)

Hide Ads