Dalam memenuhi kebutuhan hidup tak jarang manusia membutuhkan dana lebih banyak dari pemasukannya. Di saat seperti itu mereka boleh jadi mengambil keputusan untuk meminjam dari orang lain atau berutang. Ketika transaksi tersebut sudah dilakukan, muncul hak dan kewajiban antara pemberi dan penerima utang. Berikut ini kata ustaz mengenai urusan utang.
Sejatinya urusan memberi utang dan berutang sama dengan pinjam-meminjam. Hal ini merupakan bagian dari kegiatan tolong-menolong sesama manusia. Hanya saja yang perlu diingat, dalam konteks utang masing-masing pihak tetap memiliki hak dan kewajibannya.
"Kalau kita meminjami, boleh kita tagih tapi jangan terlalu keras. Kalau orang yang ngutang itu ya harus membayar. kalau nggak membayar (di dunia) nanti kan tetap harus bayar di akhirat. Orang yang meminjami itu boleh menagih, tapi seyogyanya kalau yang ditagih itu belum punya kemampuan, ya sudah yang penting dapat pahala. Itu ilmunya orang yang meminjami. Tapi beda dengan orang yang pinjam. Ilmunya orang yang pinjam itu wajib membayar, kalau sudah tanggalnya wajib membayar," demikian dijelaskan oleh Gus Fuad Plered, pengasuh ponpes Roudlatul Fatihah Bantul dalam sebuah tausiyahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut dijelaskan oleh Gus Fuad Plered, ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh pemberi utang dan yang berutang. Masing-masing harus saling menghormati dan mengetahui posisi masing-masing sehingga tidak timbul pertengkaran yang memicu perpecahan di antara keduanya.
Yang memberi utang sebaiknya memiliki pertimbangan matang dan sudah memikirkan berbagai faktor. Yang terpenting adalah apakah yang diberi utang mampu atau tidak untuk membayarnya. Selain itu, pemberi utang juga harus memastikan bahwa dirinya tidak ada motif lain saat memberi utang selain semata-mata untuk membantu.
"Yang memberi utang itu tidak memikirkan apakah yang diberi utang mampu membayar atau tidak. Kadang-kadang kan memberi utang itu motivasinya bukan untuk menolong tapi untuk mencari laba. Utang-piutang itu bukan termasuk lembaga perdagangan, tapi lembaganya sosial. Itu ranahnya tolong-menolong. Kalau kata Rasulullah, kalau kamu mau jadi orang merdeka, kamu tidak punya utang," jelas Gus Fuad.
"Tapi memang dalam kehidupan modern, tidak bisa tidak, orang itu perlu untuk berutang karena keadaan. Apakah lembaga, atau perusahaan, ya kalau tidak pakai utang kan tidak cepat berkembang. Sekarang kan persoalan tidak sesederhana zaman dulu. Tapi tetap pada prinsipnya lebih baik kita membantu orang (memberi utang) semampunya," lanjutnya.
Dalam konteks membantu sesama manusia, pemberi utang juga diganjar pahala yang berlipat-ganda. Gus Fuad Plered mengibaratkan, ketika di bulan April A meminjam uang Rp 10 juta dari B, kemudian dia menjanjikan akan membayar cicilan pertama Rp 5 juta pada bulan Mei, maka sepanjang bulan April itu yang pahala yang meminjamkan uang sama dengan dia bersedekah Rp 10 juta. Demikian pula dengan jumlah pahala sedekah sisa utang tersebut sampai dilunasi.
Masyarakat diimbau untuk berhati-hati soal urusan utang agar tidak berurusan dengan debt collector. Salah satu yang harus diperhatikan juga lembaga yang meminjamkan uang sebaiknya sudah terdaftar dan tercatat di OJK. Meski begitu, Gus Fuad Plered menekankan bahwa sebaiknya seseorang harus banyak-banyak berpikir sebelum memutuskan untuk berutang. Juga buat mereka yang memiliki kelebihan harta dan bisa meminjamkan uang atau memberi utang tanpa mengganggu keuangan pribadinya, maka dia sebaiknya membantu.
"Karena sekarang ini kan sudah banyak lembaga keuangan yang resmi. Kalau saya mau pinjam di lembaga keuangan resmi yang diatur pemerintah, lalu kita tidak memenuhi syarat, maka kita seyogyanya tidak usah berutang. Tapi kalau kita ada uang lebih, lalu ada teman atau kenalan yang perlu, ya dipinjamkan saja. Kan dapat pahala sedekah. Dari situ nanti rezeki kita diluaskan oleh Allah. 'Tuhan itu senantiasa menolong seseorang, kalau orang itu selalu menolong saudaranya (sesama manusia)',"
"Tapi kadang-kadang manusia itu egois, kita lagi punya duit banyak, terus ada teman butuh tapi kita nggak mau, itu kan jadinya nggak berkah. Kalau kita mau rezekinya berkah, makin luas, kalau ada harta lebih dan ada teman pinjam, ya dipinjami. Hari per hari, buat yang memberi utang itu dihitung sedekah. Kalau kita pengin hidup berkah, bahagia, kita berbagilah. Makanya kita itu berdoa, supaya kita jangan jadi orang yang utang tapi orang yang memberi utang, sehingga bisa membantu," tutup Gus Fuad Plered dalam tausiyahnya di channel YouTube BKN PDI Perjuangan dilihat Kamis (6/4/2023).