Utang, adalah hal yang tentu pernah dilakukan oleh setiap orang. Sebenarnya utang piutang tidak haram, bisa jadi sunah dan wajib, tapi bisa juga jadi terlarang.
Banyaknya kasus orang-orang yang tak bisa bayar pinjaman online (pinjol) menjadi pelajaran betapa pentingnya untuk bisa melihat mana yang menjadi prioritas. Belum lama juga ada kasus ratusan mahasiswa IPB terjerat pinjol membuat pengingat untuk semakin hati-hati dalam berutang.
Kata Ustaz mengambil penjelasan Ustaz Syam Elmarusy di Islam Itu Indah tentang utang. Ustaz Syam Elmarusy mengatakan utang piutang tidak haram. Bahkan bisa jadi sunah atau wajib apa lagi di dalamnya ada niat membantu orang lain yang sudah terancam nyawanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut penjelasan lengkap Ustaz Syam soal utang:
Pertama sekali kita sampaikan utang piutang tidak haram. Utang piutang perkara yang dibolehkan, utang piutang bisa jadi perkara yang disunahkan kalau di dalamnya ada niat membantu orang lain. Bahkan bisa jadi ini menjadi sesuatu yang diwajibkan, jikalau ternyata yang dibantu itu saudara kita yang sudah terancam nyawanya kalau tidak diberikan segera utangnya. Maka pada dasarnya utang piutang adalah sesuatu yang diperbolehkan.
Kapan dia terlarang? Kalau misalnya utang piutang sudah tidak jelas arahnya kemana. Bisa jadi kalau kebutuhannya bukan kebutuhan yang primer, tapi kebutuhannya adalah kebutuhan yang untuk gaya-gayaan saja, kebutuhan untuk gaya hidup saja, kebutuhan yang kalau sebenarnya dia tidak menggunakan itu tidak mati ya. Subhanallah.
Kalau kita lihat sekarang ajang Piala Dunia gitu ya, luar biasa. Presiden FIFA pada diprotes kok nggak boleh minum alkohol di stadion? Presiden FIFA mengatakan, nggak ada orang yang mati kalau tiga jam doang nggak minum alkohol.
Maka subhanallah, sama dengan bayar utang atau berutang, banyak orang merasa sekarang kalau tidak nampang di sosial media dia akan mati. Padahal kalau nggak update sehari nggak akan mati, nggak makan di tempat yang mewah juga nggak akan mati, yang penting kita masih bisa makan minum, menyambung hidup.
Tapi, kalau sudah berbahaya bagi dirinya dia tidak akan makan walaupun hanya sesuap nasi, dia tidak dapat air minum maka silakan berutang. Karena Nabi SAW dalam riwayatnya juga pernah berutang. Nabi berutang bukan untuk dirinya, tapi untuk para ashabul suffah, berutang untuk sahabat-sahabatnya agar sahabat-sahabatnya bisa makan. Bayangin waktu diboikot semuanya, bayangin waktu itu Nabi tidak bisa berusaha, Nabi tidak bisa belanja, diboikot oleh masyarakat kota Mekah, begitu juga di Madinah. Dalam keadaan susah Nabi juga pernah berutang.
Maka kalau ditanya apa yang menyebabkannya, yang pertama dia tidak tahu prioritas hidupnya, dia tidak tahu mana yang sebenarnya kebutuhan inti dan tidak inti.
Maka mestilah kita bersyukurlah atas apa yang bisa kita dapatkan hari itu. Bersyukur atas apa yang bisa kita nikmati, bukan untuk apa yang kita pamerkan.
(pus/wes)