Masa Remaja Cok Wah The Royal Family Ubud, Sangat Nakal!

Hot Questions

Masa Remaja Cok Wah The Royal Family Ubud, Sangat Nakal!

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Selasa, 18 Okt 2022 13:01 WIB

"Kuta sudah populer dan glamor, kalau mau lihat bule ke sana. Saya dulu main juga ke diskotek tapi nggak menikmati, ketiduran di sofa. Bukan karena mabuk, tapi terlalu pusing dengar musiknya, nggak resep saya. Jadi tidur di sofa, terus dibangunin sudah tutup tempatnya. Kalau musik lebih suka ke tradisional, gamelan, sudah dari kecil sukanya itu. Macam Mus Mulyadi, atau kalau yang pop Chrisye, Ebiet G. Ade, Koes Plus."

Cok Wah sempat mengalami masa-masa hidup tanpa listrik dan telepon di medio 1970an. Bahkan sebagai The Royal Family, petromaks sempat menjadi barang yang dianggap modern dan tidak bisa dimiliki. Walaupun begitu, untuk urusan pendidikan, tidak sesedih hidup tanpa lampu dan jaringan telepon. Benua Australia menjadi tujuannya untuk melanjutkan kuliah pada 1987.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu sempat kuliah di Bali, tapi nggak selesai. Karena mobilnya saja yang parkir di depan kampus, sayanya main biliar. Karena nggak selesai, pindah ke Sydney, mengambil di Business Management, business management di Clarendon Business College. Di sana nggak mau main-main lagi, nggak mau pakai mobil, kerja jadi tukang masak di restoran Italia, tapi bosnya brengsek dan kasar. Di Sydney itu sekolah dari jam 9.00-16.00, lanjut kerja sampai 24.00. Uangnya dipakai untuk jajan di sana, karena mau gaya membuktikan bahwa saya bisa."

Bicara Bali terhubung dengan gambaran atas liburan di pantai, kebudayaan yang eksotis dan luhur, ragam kuliner dan tentu saja pesta hiburan malam. Tapi, Bali tidak hanya sekadar itu, banyak yang percaya bahwa Bali adalah pulau para dewa.Jejak sejarah dalam megahnya kerajaan adalah pilar dari pulau yang bertindak sebagai garda terdepan pariwisata Indonesia itu. Sejarah menuliskan ada sembilan dinasti kerajaan yang terbentang sejak sekitar abad ke-10. detikHOT bertolak ke Bali untuk bertemu salah satunya, anggota keluarga sekaligus tokoh yang mewakili sebuah keluarga besar nan dihormati, Tjokorda Ngurah Suyadnya dari The Royal Family Ubud.Kediaman Tjokorda Ngurah Suyadnya dari The Royal Family Ubud. Foto: Rachman_punyaFOTO

Saat ini, tiga anak Cok Wah, yang tertua laki-laki dan dua perempuan, juga menempuh pendidikan di luar negeri. Baginya, dia dengan senang hati membebaskan anak-anaknya mengerjakan apapun apalagi kaitannya dengan pendidikan, selama tidak menyentuh narkoba.

ADVERTISEMENT

"Buat saya, saya bersyukur dia bisa jadi 'orang', dan bersyukur dia bebas dari narkoba. Umpama nih anak saya tertangkap narkoba, saya suruh tambah hukumannya. Ini mau berhenti merokok saja susahnya, bagaimana narkoba. Orang mati gara-gara merokok, mungkin ada. Tapi kalau mati merokok, mati sambil merokok, nggak pernah ada," tim detikHOT yang sudah menyimak dengan serius pun tertawa karena ternyata Cok Wah melempar candaan.

Melewati masa muda dengan latar belakang keluarga yang tidak biasa, tidak lantas membuat Cok Wah semena-mena. Iya bahwa orang menghormati dan memiliki rasa segan kepadanya, tapi dia tak peduli dan ambil pusing.

Bicara Bali terhubung dengan gambaran atas liburan di pantai, kebudayaan yang eksotis dan luhur, ragam kuliner dan tentu saja pesta hiburan malam. Tapi, Bali tidak hanya sekadar itu, banyak yang percaya bahwa Bali adalah pulau para dewa.Jejak sejarah dalam megahnya kerajaan adalah pilar dari pulau yang bertindak sebagai garda terdepan pariwisata Indonesia itu. Sejarah menuliskan ada sembilan dinasti kerajaan yang terbentang sejak sekitar abad ke-10. detikHOT bertolak ke Bali untuk bertemu salah satunya, anggota keluarga sekaligus tokoh yang mewakili sebuah keluarga besar nan dihormati, Tjokorda Ngurah Suyadnya dari The Royal Family Ubud.Kediaman Tjokorda Ngurah Suyadnya dari The Royal Family Ubud. Foto: Rachman_punyaFOTO

"Saya itu orang yang tidak pernah mau merasa terikat, saya mau, apa saja bebas, freeman. Makanya itu dari dulu, dari remaja saya bergaul di mana saja. Saya tidak punya rasa fanatik terhadap siapa saya dan keluarga saya. Saya bisa dipanggil apa saja, who care? Masyarakat bisa ketemu saya kapan saja, kalau dulu mungkin ya, kita ada utusan dulu, kalau sekarang dengan telepon, teks, silakan," tandasnya.


(mif/nu2)

Hide Ads