Di Balik Pintu The Royal Family Ubud

Hot Questions

Di Balik Pintu The Royal Family Ubud

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Selasa, 18 Okt 2022 06:00 WIB
Jakarta -

Bicara Bali terhubung dengan gambaran atas liburan di pantai, kebudayaan yang eksotis dan luhur, ragam kuliner dan tentu saja pesta hiburan malam. Tapi, Bali tidak hanya sekadar itu, banyak yang percaya bahwa Bali adalah pulau para dewa.

Jejak sejarah dalam megahnya kerajaan adalah pilar dari pulau yang bertindak sebagai garda terdepan pariwisata Indonesia itu. Sejarah menuliskan ada sembilan dinasti kerajaan yang terbentang sejak sekitar abad ke-10. detikHOT bertolak ke Bali untuk bertemu salah satunya, anggota keluarga sekaligus tokoh yang mewakili sebuah keluarga besar nan dihormati, Tjokorda Ngurah Suyadnya dari The Royal Family Ubud.

Cok Wah, begitu Tjokorda Ngurah Suyadnya biasa disapa. Generasi ke-7, putra mahkota sekaligus anak dari Panglisir Agung Keluarga Puri Ubud, Tjokorda Gde Agung Suyasa, yang pada 2008, kepergiannya menjadi acara ngaben terbesar sepanjang sejarah Bali. Cok Wah juga bertindak sebagai pemilik tunggal Puri Langon Ubud yang terkenal dengan sentuhan emas di setiap sudut dekorasinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bicara Bali terhubung dengan gambaran atas liburan di pantai, kebudayaan yang eksotis dan luhur, ragam kuliner dan tentu saja pesta hiburan malam. Tapi, Bali tidak hanya sekadar itu, banyak yang percaya bahwa Bali adalah pulau para dewa.Jejak sejarah dalam megahnya kerajaan adalah pilar dari pulau yang bertindak sebagai garda terdepan pariwisata Indonesia itu. Sejarah menuliskan ada sembilan dinasti kerajaan yang terbentang sejak sekitar abad ke-10. detikHOT bertolak ke Bali untuk bertemu salah satunya, anggota keluarga sekaligus tokoh yang mewakili sebuah keluarga besar nan dihormati, Tjokorda Ngurah Suyadnya dari The Royal Family Ubud.Tjokorda Ngurah Suyadnya dari The Royal Family Ubud. Foto: Rachman_punyaFOTO

Puri Langon menjadi lokasi obrolan, tepat di teras kamar tidurnya, detikHOT dan Cok Wah berbicara atas banyak hal. Mencoba masuk lebih dalam lewat kacamata yang lebih ringan, untuk mengenal keluarga tersebut. Peran mereka dalam masyarakat, sekaligus pandang-pandangan terhadap modernitas. Itu mengapa, hal pertama yang dikatakan Cok Wah kepada detikHOT adalah, untuk tidak lagi menggunakan kata 'kerajaan' di masa penuh keterbukaan dan demokrasi seperti hari ini.

Siang itu, Cok Wah dan Puri Langon sedang berbenah untuk menyiapkan hajatan pernikahan anak laki-laki tertuanya. Sambil sesekali membakar rokok, dengan penuh canda-tawa, Cok Wah membuka cerita tentang silsilah salah satu keluarga paling terpandang di Nusantara itu.

ADVERTISEMENT

"Anggota keluarga sendiri ada sekitar 200 orang. Kalau di dalam lingkaran Puri Ubud sendiri, terdiri dari 4 keluarga. Saya di Puri Saren Kauh, artinya di sisi barat, Puri Saren Tengah yang mana itu pusat. Lalu, kemudian saya mulai keluar dari Puri, bahasa Balinya itu ngarangin, membuat tempat yang terpisah, tapi setiap ada kegiatan ada yang besar tetap harus kembali ke pokok. Karena satu pertimbangan, atas seizin Penglingsir Penua Puri Ubud, Tjokorda Gde Putra Sukawati, saya kemudian membuat Puri Langon ini," kata Cok Wah. Kata Penglingsir sendiri merujuk pada orang yang dituakan atau bertindak sebagai pemimpin di Puri.

Bali bukan satu-satunya wilayah di Indonesia yang memiliki sejarah kerajaan yang kokoh. Yogyakarta salah satu daerah dengan keistimewaan tersebut. Apa kemudian bedanya antara keduanya?

Bicara Bali terhubung dengan gambaran atas liburan di pantai, kebudayaan yang eksotis dan luhur, ragam kuliner dan tentu saja pesta hiburan malam. Tapi, Bali tidak hanya sekadar itu, banyak yang percaya bahwa Bali adalah pulau para dewa.Jejak sejarah dalam megahnya kerajaan adalah pilar dari pulau yang bertindak sebagai garda terdepan pariwisata Indonesia itu. Sejarah menuliskan ada sembilan dinasti kerajaan yang terbentang sejak sekitar abad ke-10. detikHOT bertolak ke Bali untuk bertemu salah satunya, anggota keluarga sekaligus tokoh yang mewakili sebuah keluarga besar nan dihormati, Tjokorda Ngurah Suyadnya dari The Royal Family Ubud.Tjokorda Ngurah Suyadnya dari The Royal Family Ubud. Foto: Rachman_punyaFOTO

"Semua Puri di Bali itu terhubungan lewat satu wadah bernama Paiketan Puri Sejebag Bali. Kita rutin berkumpul dan harus kumpul semua untuk menentukan sikap. Tapi di Bali itu unik dan nggak bisa disama-samakan. Misalnya deh, ngomongin di tempat lain, di Inggris aja misalnya, mau masuk aja (ke wilayah kerajaan) gerbangnya banyak dan susah. Coba lihat di sini (Puri Langon), jangankan turis, buat anjing saja terbuka kok. Maka itu, patung-patung di sini menghadap ke keluar semua, biasanya orang membuatnya menghadap ke dalam. Artinya, arah patung itu kaya 'welcome'.

"Nama Langon sendiri juga ada artinya. Artinya supaya nge-langonin terus, biar kangen terus. Saya yakin, kalian datang ke sini hari ini, suatu saat pasti akan ada di sini lagi," sambungnya lagi menjelaskan Puri yang telah dibangun sejak 2007 itu. Menurut Cok Wah, ada alasan mengapa perlu sampai 15 tahun untuk mengerjakan Puri yang terdiri dari rumah tinggal, tempat berkumpul masyarakat, halaman luas dan hijau dan tempat beribadah itu.

"Ketika kita ngomong masalah seni, kita tidak bakal bisa selesai," ujarnya sambil tersenyum dan sedikit memamerkan betapa cantiknya Puri Langon di malam hari dengan temaram lampu bernuansa ungu.

Bicara Bali terhubung dengan gambaran atas liburan di pantai, kebudayaan yang eksotis dan luhur, ragam kuliner dan tentu saja pesta hiburan malam. Tapi, Bali tidak hanya sekadar itu, banyak yang percaya bahwa Bali adalah pulau para dewa.Jejak sejarah dalam megahnya kerajaan adalah pilar dari pulau yang bertindak sebagai garda terdepan pariwisata Indonesia itu. Sejarah menuliskan ada sembilan dinasti kerajaan yang terbentang sejak sekitar abad ke-10. detikHOT bertolak ke Bali untuk bertemu salah satunya, anggota keluarga sekaligus tokoh yang mewakili sebuah keluarga besar nan dihormati, Tjokorda Ngurah Suyadnya dari The Royal Family Ubud.Kediaman Tjokorda Ngurah Suyadnya dari The Royal Family Ubud. Foto: Rachman_punyaFOTO

Bisnis The Royal Family Ubud hingga Kena Semprot Bule karena Rokok di Halaman Selanjutnya

Selalu penasaran jika bicara soal 'royal family' atau keluarga kerajaan tentang finansial. Meskipun sudah 22 tahun menjalani era milenium, tetap saja bayangan akan harta karun kerajaan yang penuh dengan koin emas masih ada. Apalagi jika bicara Keluarga Puri yang secara tersurat kental adat-istiadat, dari berpakaian, arsitektur, kegiatan sehari-hari sampai harum aroma ruangan.

"Sekarang jalan beberapa bisnis juga boleh. Ada warung-warung makan tapi levelnya internasional. Misalnya CafΓ© Lotus, Mik & Madu. Ada hotel juga. Ya apa saja untuk menyambung hidup," katanya dengan tertawa.

"Kalau bicara politik, kita kan bukan kerajaan lagi, sudah demokrasi. Tapi ya power-nya Puri masih ada, masih sering dilibatkan. Saya ikut dan aktif juga di banyak organisasi adat, kebetulan sampai sekarang masih jadi Ketua Pecalang di Ubud, cuma simbol aja. Saya pribadi dulu sempat jadi anggota DPRD, satu periode, hanya untuk sekadar tahu. Tapi saya nggak mau dipanggil politisi ya, saya gelandangan aja."

Bicara Bali terhubung dengan gambaran atas liburan di pantai, kebudayaan yang eksotis dan luhur, ragam kuliner dan tentu saja pesta hiburan malam. Tapi, Bali tidak hanya sekadar itu, banyak yang percaya bahwa Bali adalah pulau para dewa.Jejak sejarah dalam megahnya kerajaan adalah pilar dari pulau yang bertindak sebagai garda terdepan pariwisata Indonesia itu. Sejarah menuliskan ada sembilan dinasti kerajaan yang terbentang sejak sekitar abad ke-10. detikHOT bertolak ke Bali untuk bertemu salah satunya, anggota keluarga sekaligus tokoh yang mewakili sebuah keluarga besar nan dihormati, Tjokorda Ngurah Suyadnya dari The Royal Family Ubud.Kediaman Tjokorda Ngurah Suyadnya dari The Royal Family Ubud. Foto: Rachman_punyaFOTO

Banyak kejadian lucu yang juga terjadi di balik pintu keluarga besar ini. Salah satu yang selalu diingat Cok Wah adalah, saat dirinya ditegur oleh turis karena merokok di area Puri Langon.

"Saya di sini nggak ada jarak dengan masyarakat, bukan seperti di Keraton yang lain. Misalnya ada jalan mundur, kalau nanti jatuh yang tanggung jawab siapa? Kita cukup fleksibel, tidak boleh terlalu feodal, tapi tetap memiliki tatanan. Pernah ada satu malam, saya lagi nyenengin diri sendiri, ngeliatin lampu-lampur sambil merokok di teras. Pintu Puri nggak ditutup, terus ada bule datang, ngeliat saya terus marah karena saya merokok di Pura. Terus saya bilang, 'emang Pura yang mana? Ini rumah saya kok'," cerita Cok Wah sambil tertawa lagi.

"Di Ubud ini latar belakang budayanya masih luar biasa bagus. Antara bakti dan silih asih gitu, menyama braya. Hubungan persaudaraan untuk saling mengasihi. Jadi, walaupun saya ada di posisi sekarang, bukan berarti kita harus didahului, bagi saya pribadi lebih baik mendahului. Jadi, sudah bukan waktunya lagi kita hanya ongkang-ongkang kaki bisa bisa dihormati, 'wah ini penguasa'. Sekarang kondisinya terbalik, kalau nggak sapa duluan, mereka nggak akan sapa."

Bicara Bali terhubung dengan gambaran atas liburan di pantai, kebudayaan yang eksotis dan luhur, ragam kuliner dan tentu saja pesta hiburan malam. Tapi, Bali tidak hanya sekadar itu, banyak yang percaya bahwa Bali adalah pulau para dewa.Jejak sejarah dalam megahnya kerajaan adalah pilar dari pulau yang bertindak sebagai garda terdepan pariwisata Indonesia itu. Sejarah menuliskan ada sembilan dinasti kerajaan yang terbentang sejak sekitar abad ke-10. detikHOT bertolak ke Bali untuk bertemu salah satunya, anggota keluarga sekaligus tokoh yang mewakili sebuah keluarga besar nan dihormati, Tjokorda Ngurah Suyadnya dari The Royal Family Ubud.Kediaman Tjokorda Ngurah Suyadnya dari The Royal Family Ubud. Foto: Rachman_punyaFOTO

Jika Cok Wah kemudian terdengar begitu terbuka akan banyak hal, sepertinya tak lepas dari masa kuliahnya di Australia yang dimulai pada 1987. Saat di mana wilayah Ubud sendiri belum memiliki jaringan listrik dan telepon. Sedangkan di masa SMP dan SMA, ayah dari tiga orang anak itu juga memiliki cerita kenakalan remaja tersendiri, apalagi saat itu Cok Wah masih menikmati predikat keluarga kerajaan yang menempel padanya.

Mengenai pertumbuhan Bali hari ini yang begitu pesat dengan akulturasi budaya, Cok Wah mewakili The Royal Family punya pandangan sendiri yang cukup fleksibel. Satu istilah yang dibuatnya, lebih baik warna jalanan di aplikasi peta digital itu berwarna merah, daripada hijau. Artinya, tidak apa saat ini Bali lebih macet dari sebelumnya, karena itu menandakan Bali sedang 'healing' dari kondisi sangat sulit dua tahun sebelumnya.

Semuanya akan diceritakan dengan lengkap hanya di detikHOT.


Hide Ads